Netanyahu diperkirakan akan kembali berkuasa setelah 'menyegel kesepakatan koalisi' dengan gerakan ekstrem kanan, termasuk Zionis Agama. Gerakan ini kabarnya akan diberi jabatan bertanggung jawab atas permukiman di Tepi Barat yang diduduki.
"Kami akan mengukur pemerintah dengan kebijakan yang dikejarnya daripada kepribadian individu," kata Blinken, dilansir dari NDTV, Senin, 5 Desember 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ia menambahkan, pemerintahan Presiden AS Joe Biden akan bekerja tanpa henti untuk mempertahankan harapan pembentukan negara Palestina.
"Kami juga akan terus dengan tegas menentang setiap tindakan yang merusak prospek solusi dua negara termasuk namun tidak terbatas pada perluasan pemukiman, bergerak menuju aneksasi Tepi Barat, gangguan terhadap status quo bersejarah tempat suci, pembongkaran dan penggusuran, dan hasutan untuk melakukan kekerasan," kata Blinken.
Blinken menambahkan, pemerintahan Biden akan menuntut 'prinsip-prinsip inti demokrasi'. "Termasuk penghormatan terhadap hak-hak orang LGBTQ dan administrasi keadilan yang setara untuk semua warga negara Israel," sambungnya.
Kelompok sayap kanan dalam koalisi Netanyahu akan mencakup Noam, yang pemimpinnya Avi Maoz sangat menentang hak LGBTQ.
Netanyahu dengan cepat mengatakan bahwa pawai 'Jerusalem's Pride' akan berlanjut. Namun, hal ini bertentangan dengan Maoz yang telah berjanji untuk membatalkannya.
Pemimpin Zionisme religius Itamar Ben-Gvir, yang diharapkan memiliki peran kunci, adalah pendukung setia pemukiman Yahudi dan biasa menggantung di ruang tamunya potret Baruch Goldstein, yang membantai 29 jemaah Palestina di masjid Hebron pada 1994.
Pemilihan 1 November adalah yang kelima bagi Israel dalam waktu kurang dari empat tahun. Pemilihan ini terjadi setelah runtuhnya koalisi beraneka ragam yang berusaha mencegah Netanyahu yang dilanda skandal.
Baca juga: Netanyahu Berkuasa Lagi di Israel, AS Tetap Dukung Solusi Dua Negara