Sebagian besar suku cadang yang diperiksa para peneliti, termasuk semikonduktor dan komponen elektronik canggih lainnya, memiliki tanda tertentu yang menunjukkan bahwa mereka baru diproduksi dalam beberapa tahun terakhir, di saat Iran dijatuhi sanksi ekonomi oleh Barat.
Masih dari laporan Conflict Armament Research, sebuah rudal yang bisa ditembakkan dari drone milik Iran tampaknya baru dibuat pada Mei 2022.
Kelompok tersebut tidak menyebutkan bagaimana sejumlah suku cadang itu bisa berakhir di Iran. Penandaan pada komponen suku cadang biasanya mengidentifikasi perusahaan mana yang menjualnya, tapi bukan tahun atau lokasi pembuatannya.
Selama ini, Iran membantah telah memasok Rusia dengan peralatan militer sejak Moskow menginvasi Ukraina pada Februari 2022. Tetapi temuan Conflict Armament Research melemahkan bantahan tersebut.
Conflict Armament Research, sebuah kelompok independen berbasis di Inggris, selama ini mengidentifikasi dan melacak senjata serta amunisi yang digunakan dalam perang. Sebuah tim kecil dari kelompok tersebut mengunjungi Kyiv, Ibu Kota Ukraina, pada awal November atas undangan dinas keamanan Ukraina.
Rusia dan Ukraina telah menggunakan banyak jenis drone dalam perang, termasuk model yang diproduksi Amerika Serikat, Tiongkok, dan Turki. Beberapa adalah drone pengintai, tetapi model yang lebih besar dapat membawa rudal serta granat untuk menyerang sasaran darat.
Tim riset Conflict Armament Research menganalisis sisa-sisa dari tiga model drone canggih Iran – Shahed-131 dan Shahed-136, yang dirancang untuk menabrak target mereka dan meledak saat terjadi benturan, serta Mohajer-6, tipe pengintai bersenjata.
"Dalam tiga model UAV itu, kami melihat lebih dari 500 komponen berbeda," kata kepala riset Damien Spleeters, dikutip dari laman The Straits Times, Rabu, 23 November 2022.
"Kami mengidentifikasi lebih dari 70 pabrikan di 13 negara berbeda, dan sekitar 82 persen komponen ini dibuat di AS," lanjutnya.
Sebagian besar komponen dari ketiga drone tersebut telah diidentifikasi, dan tahun produksinya adalah 2020 dan 2021.
Drone Iran mulai tiba di Rusia pada Agustus, menurut sejumlah pejabat AS. Tentara Ukraina mengatakan, pasukan Rusia telah menggunakan Shahed-136 untuk menghancurkan howitzer serta sejumlah infrastruktur sipil, termasuk pembangkit listrik di seluruh negeri.
September lalu, pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden mengumumkan sanksi baru terhadap perusahaan Iran yang membuat drone Shahed setelah pasukan Rusia menyerang warga sipil dengan senjata tersebut.
Inggris dan Uni Eropa juga memberikan sanksi kepada perusahaan yang sama di bulan Oktober. (Mustafidhotul Ummah)
Baca: Zelensky Tuduh Iran Berbohong Mengenai Pengiriman Drone ke Rusia
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News