Dalam pernyataannya, Pemerintah Rusia mengatakan bahwa pemimpin junta Myanmar dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah bertemu di Forum Ekonomi Negara Timur di pelabuhan sebelah paling Timur negara Rusia, yaitu pelabuhan Vladivostok.
"Hubungan kami mengalami perkembangan positif," ujar Putin dalam pertemuan tersebut, seperti dikutip dari laman Channel News Asia.
Sementara itu, perjalanan kedua Min Aung Hlaing ke Rusia bertujuan meningkatkan dukungan diplomatik Moskow terhadap untuk pemerintahan junta di Myanmar.
Rusia adalah satu dari sedikit negara yang mengungkapkan dukungannya terhadap militer Myanmar yang menggulingkan pemerintahan demokratis di negara tersebut pada Februari tahun lalu.
Sejak terjadinya kudeta, Min Aung Hlaing dilarang mewakili Myanmar di sebagian besar pertemuan internasional. Ia dinilai tidak mewakili Myanmar usai menumbangkan pemimpin yang terpilih secara demokratik, Aung San Suu Kyi.
Bagi Myanmar, Rusia merupakan salah satu sumber pemasok peralatan militer. Rusia juga merupakan salah satu negara pertama yang menyuarakan dukungan untuk junta setelah kudeta.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan para aktivis menuduh militer Myanmar melakukan kekejaman dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Mereka mendesak masyarakat internasional untuk menghentikan penjualan senjata ke Myanmar.
Militer Myanmar saat ini mengaku sedang memerangi 'teroris' dan berusaha memulihkan perdamaian di seantero negeri. Min Aung Hlaing pernah berjanji akan menegakkan kembali pemerintahan demokratis setelah pemilihan umum 2020 yang disebutnya telah dipenuhi kecurangan. (Gabriella Carissa Maharani Prahyta)
Baca: Utusan Khusus PBB Tak Mau Kembali ke Myanmar, Ada Apa?
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News