"Kondisi klien saya sangat lemah. Ia sulit duduk dan berbicara," ucap pengacara Navalny, Olga Mikhailova, dilansir dari laman DW.
Navalny melakukan aksi mogok makan sejak tiga pekan lalu dalam menuntut otoritas Rusia agar menangani kondisi punggung dan kakinya secara lebih baik. Sejak dijebloskan ke penjara, kritikus Presiden Rusia Vladimir Putin itu mengaku mendapat perlakuan tak layak, termasuk dalam hal perawatan medis.
Sekelompok tim medis, termasuk dokter pribadi Anastasia Vasilyeva, bertolak ke kota Vladimir untuk menemui Navalny. Namun mereka semua dilarang masuk tanpa adanya alasan jelas.
Akhir pekan kemarin, tim dokter tersebut menegaskan bahwa kondisi Navalny sudah sangat memburuk dan pria 44 tahun itu dapat "meninggal dalam hitungan hari atau menit." Salah satu indikator berbahaya adalah meningkatnya level potasium dalam tubuh Navalny.
Pengacara lainnya dari Navalmy, Vadim Kobzev, mengatakan bahwa Navalny sejauh ini baru menerima satu suntikan glukosa sejak tiba di penjara Vladimir. Ia mengatakan tenaga medis di penjara tersebut tidak kompeten.
"Mereka mencoba menyuntikkan glukosa lainnya sebanyak enam kali tapi gagal. Tangan dia (Navalny) menjadi biru-biru karena bekas suntikan," tutur Kobzev.
Sementara itu, Amerika Serikat melayangkan peringatan kepada Rusia mengenai Navalny. AS menegaskan akan adanya sebuah "konsekuensi" jika Navalny pada akhirnya meninggal saat berada di tahanan.
Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan Rusia akan "dianggap bertanggung jawab oleh komunitas internasional" atas kematian tersebut. Presiden AS Joe Biden menilai perawatan medis yang diterima Navalny selama ini penjara "sangat tidak adil dan tidak layak."
Baca: Kepada Rusia, AS Peringatkan 'Konsekuensi' Jika Alexei Navalny Meninggal
Navalny dijebloskan ke penjara pada Januari lalu atas dakwaan kasus penggelapan. Tahun lalu, ia sempat meninggal usai terkena serangan racun syaraf Novichok dalam perjalanan ke Moskow.
AS dan sejumlah negara Barat menuduh Rusia berada di balik serangan racun tersebut. Moskow berulang kali membantah terlibat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News