Dalam konferensi pers gabungan, Biden dan Suga menyampaikan pernyataan mengenai demokrasi, hak asasi manusia, dan juga kekhawatiran mengenai aktivitas Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik.
"Pertemuan tersebut sudah jauh melampaui cakupan dari perkembangan normal sebuah hubungan bilateral," ujar juru bicara Kedutaan Besar Tiongkok di Washington pada Sabtu, 17 April 2021.
"Percobaan mendorong perpecahan semacam itu bersifat ironis karena diucapkan di bawah bendera 'bebas dan terbuka,'" lanjutnya, dilansir dari laman South China Morning Post.
Pernyataan gabungan Biden dan Suga juga menyinggung mengenai "perdamaian dan stabilitas" di Selat Taiwan. Ini merupakan kali pertamanya seorang perdana menteri Jepang berbicara bersama AS mengenai isu Taiwan sejak 1969.
Jepang, yang selama ini cenderung berhati-hati saat berbicara mengenai Taiwan dan Tiongkok, menjadi lebih vokal di bawah kepemimpinan Suga.
Di Gedung Putih, Biden dan Suga bertekad untuk terus bekerja bersama dalam upaya melawan "intimidasi" Tiongkok terhadap sejumlah negara tetangganya di kawasan.
Baca: AS dan Jepang Bertekad Lawan Intimidasi Tiongkok
"Kami berkomitmen bekerja bersama dalam mengatasi berbagai tantangan dari Tiongkok dan dalam isu-isu seperti Laut China Timur, Laut China Selatan, dan juga Korea Utara untuk memastikan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," ujar Biden.
Suga menyebut ia dan Biden serius membicarakan berbagai isu terkait Tiongkok, termasuk mengenai pengaruh Beijing terhadap perdamaian dan kesejahteraan di Indo-Pasifik serta tatanan global.
"Kami sepakat menentang segala upaya pihak tertentu yang ingin mengubah status quo dengan kekuatan atau intimidasi di Laut China Selatan dan Laut China Timur," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News