Dilansir dari laman The Defense Post, Kementerian Pertahanan di Karabakh telah mengumumkan total 32 kematian pada Senin ini. Tujuh kematian lain sudah dilaporkan sebelum itu, termasuk sebuah keluarga Azerbaijan dan seorang perempuan serta satu anak di sisi Armenia.
Kemenhan Armenia mengatakan baku tembak terus berlanjut sejak Minggu malam hingga Senin pagi. Armenia mengklaim telah berhasil merebut kembali beberapa posisi yang sebelumnya dikuasai pasukan Azerbaijan.
Namun, kubu Azerbaijan justru mengklaim pihaknya telah mengalami kemajuan dalam serangan ke Nagorno-Karabakh.
Nagorno-Karabakh diakui komunitas internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, namun dikuasai grup etnis Armenia. Puluhan ribu orang tewas dalam konflik memperebutkan wilayah tersebut, yang sudah dimulai sejak awal 1990-an.
"Pasukan Azerbaijan menyerang posisi-posisi musuh dengan menggunakan artileri dan pesawat tempur, serta telah menguasai beberapa posisi strategis di sekitar desa Talysh," sebut Kemenhan Azerbaijan.
"Musuh-musuh kami sudah mulai mundur," klaimnya.
Para petinggi global serta sejumlah organisasi internasional sama-sama menyerukan penghentian konflik Armenia-Azerbaijan.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyerukan Armenia dan Azerbaijan untuk segera mengakhiri pertempuran di wilayah sengketa Nagarno-Karabakh. Komentar senada juga disampaikan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres.
Guterres meminta Armenia dan Azerbaikan untuk segera menghentikan pertempuran, menurunkan ketegangan, dan kembali bernegosiasi.
Ketegangan kedua negara di Pegunungan Kaukasus belum juga terselesaikan selama lebih dari tiga dekade. Pertempuran antar Armenia dan Azerbaijan kerap terjadi dari waktu ke waktu.
Juli lalu, pertempuran kedua negara di wilayah perbatasan menewaskan sedikitnya 16 orang. Pertempuran itu memicu aksi protes massa di Baku, yang mendorong pemerintah Azerbaijan untuk merebut kembali Nagorno-Karabakh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News