Dilansir dari Oregon Live, Rabu 3 Juni 2020, aksi tersebut menyimbolkan momen terakhir Floyd saat lehernya ditindih lutut seorang polisi bernama Derek Chauvin pada Senin 25 Mei.
Chauvin dan tiga rekannya telah dipecat dari jajaran Kepolisian Minneapolis satu hari usai kejadian. Chauvin dijerat satu pasal pembunuhan tingkat tiga dan satu pasal kelalaian berujung kematian.
Hasil autopsi resmi menunjukkan Floyd meninggal akibat dibunuh, terlepas dari beberapa kondisi medis yang dideritanya. Kematian Floyd memicu unjuk rasa berskala masif di puluhan kota AS.
Baca: Hasil Otopsi Resmi Pemerintah AS Sebut Floyd Dibunuh
Aksi protes di Portland telah berlangsung enam malam berturut-turut. Gelombang unjuk rasa di Portland terkadang berlangsung damai, namun beberapa kali diwarnai bentrokan dengan aparat keamanan.
Senin kemarin, sebagian besar demonstran di Portland relatif bertindak damai dan hanya menyerukan yel-yel. Hal serupa terlihat dalam aksi demo satu hari setelahnya.
Sebagian demonstran berusaha menyingkirkan pagar pembatas yang dipasang polisi di wilayah perkotaaan. Aparat keamanan memperingatkan demonstran untuk tidak menggoyang-goyang pagar, atau aksi tegas terpaksa dilakukan petugas.
Wali Kota Portland Ted Wheeler mengakui bahwa aksi protes mengecam kematian Floyd pada Selasa kemarin jauh lebih damai dari sebelumnya. Ia pun memutuskan untuk tidak memperpanjang aturan jam malam.
"Apa yang kita lihat saat ini adalah momen luar biasa dalam sejarah. Orang-orang berdatangan, bersatu, untuk mendukung komunitas kulit hitam dalam gerakan yang belum pernah kita lihat sebelumnya," sebut Wheeler.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News