Pertempuran antara Israel dan Hamas kembali meletus pada hari Jumat setelah gencatan senjata selama seminggu, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan atas berakhirnya dan dimulainya kembali kekerasan. AS mendukung Israel dalam menyalahkan Hamas karena melanggar gencatan senjata.
Mengutip dari TOI, Minggu, 3 Desember 2023, Austin mengatakan kepada Reagan National Defense Forum di California bahwa dia telah "belajar satu atau dua hal tentang peperangan perkotaan” saat berperang di Irak dan memimpin kampanye melawan kelompok Islamic State (ISIS).
"Seperti Hamas, ISIS juga tertanam kuat di wilayah perkotaan. Dan koalisi internasional melawan ISIS bekerja keras untuk melindungi warga sipil dan menciptakan koridor kemanusiaan, bahkan selama pertempuran sengit,” kata Austin kepada anggota parlemen, pemimpin perusahaan dan pertahanan, serta pejabat pemerintah yang menghadiri konferensi keamanan.
“Jadi pelajarannya bukanlah kita bisa menang dalam peperangan perkotaan dengan melindungi warga sipil. Pelajarannya adalah Anda hanya bisa menang dalam peperangan perkotaan dengan melindungi warga sipil,” tegasnya. “Jika Anda membuat warga sipil Gaza jatuh ke tangan musuh, Anda mengganti kemenangan taktis dengan kekalahan strategis.”
Penasihat militer AS berada di Israel untuk menawarkan bantuan mereka, termasuk pengalaman yang diperoleh di Irak, dan khususnya kota Fallujah, tempat AS berperang besar melawan pemberontak pada tahun 2004.
Perang antara Israel dan Hamas meletus ketika kelompok teror Palestina melakukan serangan lintas batas yang menghancurkan dari Gaza pada tanggal 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Hamas yang menyerbu Israel selama serangan itu juga menculik sedikitnya 240 orang dari segala usia, termasuk anak-anak dan bayi, dan membawa mereka ke Gaza sebagai sandera.
Israel menanggapinya dengan kampanye darat dan udara yang intens yang bertujuan untuk menghancurkan Hamas dan menjamin kebebasan para sandera.
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas berlangsung selama tujuh hari, dimulai pada tanggal 24 November dengan pembebasan pertama sekelompok sandera setelah sekitar 50 hari disandera oleh Hamas, dan gagal pada Jumat pagi dengan dimulainya kembali pertempuran.
Selama gencatan senjata, 105 warga sipil, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dibebaskan dari Gaza, termasuk 81 warga Israel, 23 warga negara Thailand, dan satu warga Filipina, dengan imbalan 210 tahanan Palestina, semuanya perempuan atau anak di bawah umur. Israel juga mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Ketika pertempuran berlanjut, Israel mengebom Gaza dan Hamas kembali menembakkan serangan roket ke Israel.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan bahwa lebih dari 15.000 orang telah tewas dalam serangan Israel di wilayah Palestina.
Baca juga: Hamas Tegaskan Prajurit Israel Tak Akan Dibebaskan hingga Perang Gaza Berakhir
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News