Pembicaraan tersebut sebagian dibayangi oleh pengumuman dari Inggris –,yang juga tidak hadir,– bahwa mereka membatalkan kebijakan yang akan membantu negara tersebut mencapai tujuan net-zero.
Meskipun cuaca ekstrem meningkat dan suhu global mencapai rekor tertinggi, emisi gas rumah kaca terus meningkat dan bahan bakar fosil tetap disubsidi sebesar USD7 triliun (setara Rp107,5 triliun) setiap tahunnya.
Guterres telah menyebut “KTT Ambisi Iklim” sebagai forum yang “sungguh-sungguh” dan menegaskan bahwa hanya para pemimpin yang telah membuat rencana konkrit untuk mencapai emisi rumah kaca nol bersih yang akan diundang.
Dalam pidato pembukaannya, ia menyinggung tentang “panas yang mengerikan” dan “kebakaran bersejarah” yang terjadi pada 2023.
"Kita masih dapat membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat," katanya, mengacu pada target yang dapat menghindari bencana iklim jangka panjang.
"Umar manusia telah membuka pintu neraka," kata Guterres, dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 21 September 2023.
Setelah menerima lebih dari 100 lamaran untuk ambil bagian, PBB merilis daftar 41 pembicara yang tidak termasuk Tiongkok, Amerika Serikat, Inggris, Jepang atau India.
Beberapa pemimpin besar tidak repot-repot melakukan perjalanan ke New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB tahun ini, termasuk Presiden Xi Jinping dari Tiongkok dan Perdana Menteri Rishi Sunak dari Inggris.
Presiden AS Joe Biden, yang berpidato di Sidang Majelis Umum PBB pada hari Selasa, mengirimkan utusan iklimnya John Kerry ke pertemuan tersebut – meskipun Kerry tidak diizinkan untuk berbicara di segmen tingkat tinggi.
Kemarahan semakin meningkat di kalangan aktivis iklim, khususnya kaum muda, yang hadir dalam jumlah puluhan ribu orang pada akhir pekan lalu dalam acara “Maret untuk Mengakhiri Bahan Bakar Fosil” di New York.
Baca juga: Indonesia Pastikan Kepentingan Negara Berkembang Didengar Dunia
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News