AS perintahkan sebagian staf kedutaannya untuk tinggalkan Ukraina./AFP
AS perintahkan sebagian staf kedutaannya untuk tinggalkan Ukraina./AFP

AS akan Evakuasi Sebagian Besar Staf Kedutaannya di Ukraina

Marcheilla Ariesta • 12 Februari 2022 20:25
Washington: Amerika Serikat (AS) memerintahkan sebagian besar staf kedutaannya di Ukraina untuk mengevakuasi diri. Langkah ini diambil di tengah kekhawatiran akan terjadinya invasi Rusia ke Ukraina.
 
Seruan evakuasi juga dilakukan di saat Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin berencana berbicara via telepon pada hari Sabtu ini, 12 Februari 2022. Terakhir kali keduanya berbicara adalah pada 30 Desember tahun lalu.
 
Menjelang dialog via telepon, Kementerian Luar Negeri AS mengelluarkan imbauan perjalanan dan memerintahkan kepulangan sebagian besar stafnya dari Ukraina. Mulai akhir pekan depan, Kemenlu AS akan menangguhkan layanan konsuler di ibu kota Ukraina, Kiev.

"Kedutaan akan mempertahankan kehadiran konsuler kecil di Lviv, Ukraina, untuk menangani keadaan darurat. Tetapi layanan ini tidak akan dapat menyediakan paspor, visa, atau kekonsuleran rutin," kata Kemenlu AS dalam imbauan perjalanannya, dilansir dari NBC News.
 
Terletak di Ukraina barat sekitar 50 mil dari perbatasan Polandia, Lviv berlokasi cukup jauh dari kemungkinan rute invasi Rusia.
 
Baca juga: Isu Rusia-Ukraina: Putin Akan Berbicara dengan Biden dan Macron Sabtu Ini
 
Sementara itu, Rusia juga terindikasi hendak memindahkan staf diplomatik mereka dari kedubesnya di Kiev pada Sabtu ini. Seorang juru bicara Kemenlu Rusia mengatakan, mereka akan mengoptimalkan jumlah stafnya di tengah kekhawatiran akan adanya provokasi.
 
"Harap dicatat bahwa kedutaan dan konsulat kami akan terus menjalankan fungsi dasarnya," ujar mereka.
 
Pemerintahan Biden sebelumnya mengatakan bahwa Rusia dapat sewaktu-waktu menginvasi Ukraina. Terdapat juga kemungkinan bahwa invasi akan dilakukan Rusia sebelum akhir Olimpiade Musim Dingin Beijing pada 20 Februari.
 
"Kami terus melihat tanda-tanda eskalasi Rusia, termasuk pasukan yang baru tiba di perbatasan Ukraina. Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, situasi saat ini adalah, invasi dapat dimulai kapan saja jika Vladimir Putin memutuskannya," tutur Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan.
 
Beberapa sekutu AS juga mendesak warganya untuk segera meninggalkan Ukraina. "Mereka harus segera pergi," kata Wakil Menteri Luar Negeri Inggris untuk Angkatan Bersenjata, James Heappey, kepada BBC.
 
"Sekarang ada konsentrasi sistem rudal, artileri dan udara tempur yang artinya Rusia berada dalam posisi untuk sewaktu-waktu meluncurkan serangan ke Ukraina tanpa pemberitahuan," sambungnya.
 
Di Ukraina sendiri, Kementerian Luar Negeri mengatakan, negara itu telah memperkuat kapasitasnya untuk melindungi warganya.
 
"Ukraina sekarang memiliki posisi yang kuat, termasuk karena kontak diplomatik yang terkoordinasi di semua tingkatan, kesimpulan persiapan oleh AS dan Uni Eropa dari sanksi ekonomi yang keras, pasokan senjata dan bantuan keuangan makro," katanya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan