Presiden Prancis Emmanuel Macron. (AFP)
Presiden Prancis Emmanuel Macron. (AFP)

Bos Telegram Ditangkap di Prancis, Macron: Tak Bermotif Politik

Marcheilla Ariesta • 27 Agustus 2024 14:34

Paris: Bos aplikasi berkirim pesan Telegram Pavel Durov telah ditangkap di Prancis beberapa waktu lalu, dan Presiden Emmanuel Macron menyebutnya sebagai penangkapan yang tak bermotif politik.
 
Otoritas Prancis menangkap Durov, pria asal Rusia, sebagai bagian dari penyelidikan atas kejahatan yang terkait dengan pornografi anak, perdagangan narkoba dan transaksi penipuan di platform Telegram.
 
“Penangkapan presiden Telegram di wilayah Prancis terjadi sebagai bagian dari penyelidikan yudisial yang sedang berlangsung,” tulis Macron di media sosial X dan dilansir dari AsiaOne, Selasa, 27 Agustus 2024.

“Ini sama sekali bukan keputusan politik. Terserah hakim untuk memutuskan," tegas Macron.

Jaksa Paris Laure Beccuau mengatakan, Durov ditangkap sebagai bagian dari penyelidikan terhadap orang yang tidak disebutkan namanya yang diluncurkan oleh unit kejahatan dunia maya kantor tersebut pada 8 Juli.

Penyelidikan tersebut terkait dugaan keterlibatan dalam berbagai kejahatan termasuk menjalankan platform daring yang memungkinkan transaksi terlarang, pornografi anak, perdagangan narkoba, dan penipuan, serta penolakan untuk mengomunikasikan informasi kepada pihak berwenang, pencucian uang, dan menyediakan layanan kriptografi kepada penjahat.

Durov dapat ditahan hingga 28 Agustus.

'Mark Zuckerberg Rusia'

Telegram adalah aplikasi perpesanan dan media sosial populer yang mirip dengan WhatsApp. Aplikasi terenkripsi tersebut, dengan hampir 1 miliar pengguna, sangat berpengaruh di Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Uni Soviet.

Penangkapan Durov memicu kritik dari pemilik X Elon Musk yang mengatakan bahwa kebebasan berbicara di Eropa sedang diserang, dan seruan dari Moskow agar otoritas Prancis memberikan hak-haknya kepada Durov.

Ketegangan antara Prancis dan Rusia telah meningkat selama berbulan-bulan, dengan otoritas Prancis menuduh Rusia mencoba mengacaukannya menjelang Olimpiade Paris sebagai tanggapan atas sikapnya yang lebih agresif terhadap perang Ukraina - klaim yang dibantah Rusia.

Durov, seorang miliarder berusia 39 tahun yang dijuluki sebagai "Mark Zuckerberg dari Rusia" memiliki kewarganegaraan ganda Prancis dan Uni Emirat Arab. Diperkirakan oleh Forbes memiliki kekayaan sebesar USD15,5 miliar, Durov mengatakan pada April bahwa beberapa pemerintah telah berusaha menekannya, tetapi aplikasi tersebut harus tetap menjadi platform yang netral dan bukan "pemain dalam geopolitik".

Telegram tidak memberikan rincian penangkapan tersebut tetapi mengatakan bahwa perusahaan yang berpusat di Dubai tersebut mematuhi hukum Uni Eropa dan moderasinya "sesuai standar industri dan terus ditingkatkan".

"CEO Telegram Pavel Durov tidak menyembunyikan apa pun dan sering bepergian ke Eropa," kata Telegram dalam sebuah pernyataan. "Tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa suatu platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform tersebut." Kremlin pada 26 Agustus mengatakan belum melihat adanya tuduhan resmi Prancis terhadap Durov.

"Kami belum tahu apa sebenarnya yang dituduhkan kepada Durov," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam jumpa pers.

"Dengan apa sebenarnya mereka mencoba memberatkan Durov? Tanpa (pengetahuan), mungkin salah untuk membuat pernyataan apa pun," sambung Peskov.

Kedutaan Besar Rusia di Paris mengatakan pada X bahwa otoritas Prancis telah menolak untuk bekerja sama dengan permintaannya untuk akses konsuler, tetapi mengatakan telah menghubungi pengacara Durov. Kedutaan tidak menanggapi permintaan komentar.
 
Baca juga:  Kejaksaan Prancis Akhirnya Menjelaskan Alasan Penangkapan CEO Telegram


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan