Nagorno-Karabakh diakui komunitas internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, namun dikuasai grup etnis Armenia. Puluhan ribu orang tewas dalam konflik memperebutkan wilayah tersebut, yang sudah dimulai sejak awal 1990-an.
Menurut laporan media lokal Armenia, pasukan Azerbaijan telah menguasai beberapa wilayah yang sebelumnya dikuasai Armenia: Garakhanbeyli, Garvend, Kend Horadiz, desa-desa Yukhari Abdulrahmanli (distrik Fuzuli), Boyuk Marjanli, dan desa-desa Nuzgar (distrik Jabrayil).
Senin kemarin, kelompok separatis Armenia mengonfirmasi bahwa 15 prajurit mereka tewas dalam pertempuran melawan pasukan Azerbaijan yang memasuki hari kedua.
Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan, baku tembak terus berlanjut sejak Minggu malam hingga Selasa ini. Armenia mengklaim telah berhasil merebut kembali beberapa posisi yang sebelumnya dikuasai pasukan Azerbaijan.
Kedua kubu sama-sama mengklaim telah membuat kemajuan berarti dalam pertempuran di Nagorno-Karabakh.
"Pasukan Azerbaijan melancarkan operasi masif di Karabakh selatan dan utara," tutur juru bicara Kemenhan Armenia, Artsrun Hovhannisyan pada Senin malam, dilansir dari laman DW, Selasa 29 September 2020.
Sementara itu, para pemimpin global dan organisasi internasional sama-sama menyerukan agar Armenia dan Azerbaijan berhenti bertempur.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyerukan Armenia dan Azerbaijan untuk segera mengakhiri pertempuran di wilayah sengketa Nagarno-Karabakh. Komentar senada juga disampaikan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres.
Guterres meminta Armenia dan Azerbaikan untuk segera menghentikan pertempuran, menurunkan ketegangan, dan kembali bernegosiasi.
Ketegangan kedua negara di Pegunungan Kaukasus belum juga terselesaikan selama lebih dari tiga dekade. Pertempuran antar Armenia dan Azerbaijan kerap terjadi dari waktu ke waktu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News