Menurut keterangan juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric, Guterres sangat khawatir atas berlanjutnya aksi saling bermusuhan di sepanjang zona konflik Nagorno-Karabakh.
"Ia mengecam penggunaan kekuatan dan menyesalkan adanya korban jiwa," sambung Dujarric, dikutip dari laman Xinhua, Senin 28 September 2020.
Guterres meminta Armenia dan Azerbaikan untuk segera menghentikan pertempuran, menurunkan ketegangan, dan kembali bernegosiasi. Ia berencana berbicara langsung dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan.
Selain itu, Guterres juga menegaskan kembali dukungannya terhadap peran penting Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE) dalam konflik Armenia-Azerbaijan. Ia mendorong Armenia dan Azerbaijan berkoordinasi dengan OSCE untuk melanjutkan dialog damai tanpa syarat.
Dalam konflik terbaru, Armenia mengaku telah menembak jatuh dua helikopter dan tiga drone, serta menghancurkan tiga tank. "Bersiaplah untuk melindungi tanah air kita," ujar PM Pashinyan.
Ia memperingatkan ancaman terjadinya "perang berskala besar" di kawasan, dan mendorong komunitas internasional untuk bersatu demi mencegah adanya ketegangan lebih lanjut.
Sementara dari Azerbaijan, Presiden Ilham Aliyev mengaku yakin dapat menguasai kembali Nagorno-Karabakh. Usai meletusnya pertempuran terbaru, status darurat militer diterapkan di beberapa wilayah Azerbaijan, Armenia, dan juga Nagorno-Karabakh.
Ketegangan kedua negara di Pegunungan Kaukasus belum juga terselesaikan selama lebih dari tiga dekade. Pertempuran antar Armenia dan Azerbaijan kerap terjadi dari waktu ke waktu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News