"Peningkatan AY.4.2 telah diamati sejak Juli. Studi epidemiologis dan laboratorium (terkait varian Delta Plus) sedang berlangsung," kata WHO yang dikutip dari Al-Jazeera, Rabu, 3 November 2021.
WHO melaporkan 93 persen dari kasus AY.4.2 terdeteksi di Inggris. Subvarian itu secara bertahap berkontribusi pada proporsi kasus yang lebih besar di sana.
The UK's Health Security Agency (UKHSA) melabeli AY.4.2 sebagai variant under investigation atau varian covid-19 yang sedang diselidiki. Meski sudah menyebar luas di Inggris, UKHSA belum melabelnya sebagai variant of concern atau varian yang menjadi perhatian.
Berdasarkan laporan epidemiologi mingguan WHO, varian Delta Plus telah terdeteksi di 42 negara. Negara yang terjangkit varian tersebut seperti Inggris, India, Israel, Amerika Serikat, dan Rusia.
Baca: Waspada! Libur Nataru Bisa Jadi Pintu Gerbang Varian Delta Plus AY.4.2
"Saat ini, strain (Delta Plus) telah ditemukan di beberapa negara lain, tetapi tidak menjadi dominan," ucap ahli biologi molekuler dan sel dari Universitas Oxford, Roselyn Lemus Martin.
Martin melanjutkan varian Delta Plus mungkin mirip seperti varian Lambda, jenis covid-19 yang pertama kali ditemukan di Peru, Amerika Selatan. Awalnya, masyarakat merasa khawatir dengan kehadiran varian baru itu.
"Tetapi akhirnya kehadirannya berkurang di tempat-tempat seperti AS atau Inggris," lanjut dia.
Ahli epidemiologi WHO Maria Van Kerkhove mengatakan varian Delta sejauh ini masih mendominasi kasus covid-19 secara global. Varian Delta dikhawatirkan terus berkembang dan bermutasi.
"Semakin banyak virus (Delta) beredar, semakin besar peluangnya untuk bermutasi," ujar Kerkhove.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News