Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Jumat lalu bahwa kesepakatan biji-bijian Laut Hitam akan diperpanjang.
Tetapi satu hari setelahnya, Rusia mengatakan bahwa Presiden Vladimir Putin mengatakan kepada Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa bahwa komitmen untuk menghilangkan hambatan ekspor makanan dan pupuk Rusia belum terpenuhi.
Seorang juru bicara PBB mengatakan di hari Jumat bahwa Sekretaris Jenderal Antonio Guterres sedang menunggu tanggapan dari Putin atas proposal untuk memperpanjang kesepakatan biji-bijian.
Dikutip dari laman The National, Rusia belum setuju untuk mendaftarkan kapal baru terkait perjanjian tersebut bulan lalu. Kesepakatan Laut Hitam akan berakhir pada Senin besok, kecuali ada perpanjangan.
Saksi mata dari kantor berita Reuters dan MarineTraffic.com melaporkan bahwa kapal terakhir di bawah kesepakatan perjanjian biji-bijian Laut Hitam telah meninggalkan pelabuhan Odesa.
Solusi cepat?
Kesepakatan itu awalnya dibuat oleh PBB dan Turki setahun lalu, dan Rusia beberapa kali mengancam tidak akan memperpanjangnya. Perpanjangan terakhir dilakukan pada Mei lalu.Salah satu hal yang diperdebatkan adalah penyambungan kembali bank pertanian Rusia Rosselkhozbank ke jaringan pembayaran internasional SWIFT.
Bank tersebut dikeluarkan oleh Uni Eropa pada Juni tahun lalu, menyusul invasi Rusia ke Ukraina. Tetapi UE mengatakan pada Mei lalu bahwa pihaknya tidak mempertimbangkan untuk bekerja sama lagi dengan bank-bank Rusia.
Ukraina dan Rusia adalah salah satu pengekspor biji-bijian utama dunia, dan sebagian besar produk mereka ditujukan untuk negara-negara berpenghasilan rendah di dunia.
Menurut PBB, ekspor biji-bijian Ukraina mencapai 45 juta ton per tahun. Sejak 2022, diperkirakan 47 juta orang berisiko kelaparan parah karena melonjaknya harga pangan global, sebagian terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga: Rusia Enggan Perpanjang Kesepakatan Ekspor Gandum dari Laut Hitam
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News