WHO sebut cacar monyet tidak terkait dengan monyet. Foto: AFP
WHO sebut cacar monyet tidak terkait dengan monyet. Foto: AFP

WHO Tegaskan Cacar Monyet Tak Ada Kaitannya dengan Primata

Medcom • 11 Agustus 2022 06:08
Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan bahwa wabah cacar monyet tidak ada kaitannya dengan monyet. Ini terkait sejumlah laporan pembantaian terhadap primata itu di Brasil.
 
“Apa yang perlu diketahui orang bahwa penularan yang kita lihat hanya terjadi di antara manusia,” ujar Juru Bicara WHO, Margaret Harris di Jenewa, seperti dikutip dari The Strait Times, Kamis, 10 Agustus 2022.
 
Harris  bersikeras mengatakan bahwa hewan primata tidak dapat disalahkan atas lonjakan kasus cacar monyet di Brasil, setelah laporan terhadap penyerangan fisik dan racun terhadap monyet terus meningkat di Amerika Selatan.

Sejumlah media lokal telah menulis rincian penyerangan terhadap monyet di beberapa kota di Brasil dengan menggunakan batu atau meracuninya.
 
Di cagar alam Rio de Preto di negara bagian Sao Paulo, sepuluh monyet ditemukan telah keracunan atau sengaja dilukai dalam kurun waktu kurang dari seminggu, menurut laporan berita G1.
 
Secara global, lebih dari 28.100 kasus dan 12 kematian telah tercatat di tengah lonjakan infeksi cacar monyet yang mendunia sejak Mei di luar negara Afrika Barat dan Tengah di mana penyakit ini sudah lama menjadi wabah di negara tersebut.
 
Saat ini, Brasil telah mencatat lebih dari 1.700 kasus dengan 1 kematian menurut data yang dilampirkan oleh WHO.


Tidak boleh cap buruk

Namun, Harris menggarisbawahi meskipun nama dari penyakit tersebut (cacar monyet), bukan berarti monyet adalah penyebab transmisi penyakit tersebut dan monyet tidak memiliki kaitannya dengan wabah saat ini.
 

 
Penyakit tersebut dinamakan cacar monyet lantaran virus tersebut pertama kali diidentifikasikan pada tempat pemeliharaan monyet untuk penelitian di Denmark, tetapi penyakit tersebut ditemukan pada sejumlah binatang dan paling sering ditemukan di hewan pengerat.
 
“Walaupun virus dapat bertransmisi dari hewan ke manusia, lonjakan kasus yang baru-baru ini terjadi disebabkan oleh transmisi kontak dekat antar manusia,” kata Harris.
 
“Kekhawatiran itu harusnya tentang di mana (beredarnya virus) pada populasi manusia dan apa yang dapat dilakukan manusia untuk melindungi dirinya sendiri dari paparan atau penularan penyakit itu,” ucap Harris.
 
“Manusia seharusnya tidak menyerang binatang apa pun,” tegasnya.
 
Harris mengatakan, cara terbaik untuk mengendalikan virus tersebut adalah “jika orang-orang sadar mereka memiliki gejala dan segera mencari bantuan dan perawatan medis, serta mengambil tindakan pencegahan untuk mencegah penularan infeksi tersebut”.
 
Tindakan tersebut perlu adanya peningkatan kesadaran terhadap mereka yang paling beresiko terjangkit penyakit tersebut.
 
Hampir semua kasus sejauh ini terjadi kepada pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis dan WHO telah memperingatkan terkait stigma-stigma yang diberikan kepada mereka yang terinfeksi.
 
“Stigmatisasi apapun terhadap orang yang terinfeksi akan terus meningkatkan penularan karena jika orang-orang takut akan mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang yang sedang terjangkit, maka mereka tidak akan sesegera mungkin meminta pertolongan medis dan tindakan pencegahan,” ujar Harris.
 
“Jadi, berhenti menstigmatisasi hewan atau orang lainnya karena jika Anda melakukan hal tersebut, kita akan mengalami wabah yang jauh lebih besar,” tambah pernyataan Harris. (Gracia Anggellica)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan