"Jika dia ada di sana, maka saya pasti akan menemuinya," kata Biden kepada awak media di Gedung Putih, dikutip dari New York Post pada Selasa, 6 September 2022, mengonfirmasi kehadirannya dalam KTT G20 di Bali pada 15-16 November mendatang.
Pertemuan fisik antar kepala negara merupakan sebuah kesempatan untuk memulihkan hubungan bilateral yang renggang dan mencari kesamaan pandangan.
Mantan presiden AS Donald Trump, contohnya, yang pernah menjamu Xi Jinping pada 2017 di resor Mar-a-Lago. Kala itu, Trump mengaku mengembangkan hubungan kerja yang kuat dengan Xi lewat persembahan "kue cokelat terindah yang pernah kalian lihat."
Kemungkinan pertemuan Biden-Xi dapat terjadi di tengah ketegangan AS-Tiongkok atas berbagai isu, mulai dari pandemi Covid-19, tarif dagang era Trump, hingga isu Taiwan.
Pemerintah Xi menolak bekerja sama dalam penyelidikan apakah pandemi Covid-19, yang telah menewaskan lebih dari 1 juta warga AS, berasal dari kebocoran laboratorium di kota Wuhan. Beijing juga dilaporkan memutuskan kerja sama dengan AS bulan lalu dalam membatasi ekspor fentanil ilegal, yang mendorong rekor 107.000 kematian akibat overdosis obat-obatan di AS tahun lalu.
Biden sedang mempertimbangkan untuk menaikkan tarif atas barang-barang Tiongkok, yang diterapkan dalam upaya memaksa kesepakatan perdagangan. Gedung Putih juga melanjutkan tinjauan jangka panjang apakah akan melarang jaringan media sosial TikTok, yang merupakan salah satu wadah paling populer di kalangan anak muda AS.
KTT G20 juga akan berlangsung di bawah bayang-bayang kemarahan Tiongkok atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan pada Agustus lalu.
Baca: Biden Tegaskan AS Tidak Dukung Upaya Kemerdekaan Taiwan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News