Enam Kontroversi Debat Pertama Biden dan Trump
Fajar Nugraha • 30 September 2020 18:07
Setelah mengeluarkan kebohongannya yang biasa tentang pemungutan suara curang yang tersebar luas, Trump menyatakan dia tidak akan mendukung hasil dalam keadaan tertentu.
"Jika saya melihat puluhan ribu surat suara dimanipulasi, saya tidak bisa setuju dengan itu," tutur Trump.
Itu adalah jawaban yang tidak akan banyak membantu meredakan ketakutan akan kekacauan pascapemilu. Sementara itu, Biden bersikeras bahwa jika rakyat Amerika memberikan suara dalam jumlah besar, pemilihan yang diperebutkan dapat dicegah.
3.Apa pun kecuali virus korona
Jika Trump memiliki strategi utama di hari-hari terakhir kampanye, itu untuk mengalihkan perhatian dari pandemi virus korona, yang menurut para pemilih dalam jajak pendapat bahwa dia telah salah urus. Sudah terbukti selama berbulan-bulan Trump sangat ingin pindah.
Apabila tujuannya adalah mengaburkan catatan virus korona, Trump mungkin berhasil. Terlepas dari upaya Biden untuk memasukkannya kembali ke dalam diskusi secara berkala, debat berubah menjadi argumen dan pertengkaran yang pada akhirnya tidak berpusat pada pandemi global.
Trump secara terbuka mengatakan proses vaksin bersifat politis, mengejek Biden karena mengenakan masker dan alih-alih mempertahankan catatannya yang kuat. Dia berusaha untuk mengklaim bahwa Presiden Biden yang hipotetis akan berbuat lebih buruk.
Penonton yang semakin kecil dan kurangnya jabat tangan juga membawa krisis kesehatan ke atmosfer ruang debat. Biden membuat banyak referensi tentang 200.000 orang Amerika yang telah meninggal.
Tapi akhirnya perdebatan itu bukan soal pandemi. Itu tentang sikap agresif Trump, yang menurutnya hanya bisa dianggap positif.