Lebih dari sembilan jam usai pemilu berakhir, hanya 6 persen kotak suara yang dihitung. Hasil penghitungan sementara menunjukkan Arce lebih unggul ketimbang kandidat lain.
Sebuah lembaga hitung cepat menempatkan Arce sebagai juara dengan keunggulan cukup signifikan. Presiden interim Bolivia Jeanine Anez, musuh utama Morales, menyadari bahwa kubu sosialis kemungkinan besar akan kembali berjaya di Bolivia.
"Saya mengucapkan selamat kepada pemenang. Saya meminta mereka untuk memikirkan nasib Bolivia dan demokrasi di negara kita," tulis Anez via Twitter, dilansir dari laman ABC News pada Senin, 19 Oktober 2020.
Selama ini warga Bolivia terbiasa dengan hasil hitung cepat dalam pemilu. Namun usai adanya tudingan kecurangan dalam pemilu sebelumnya, otoritas elektoral terbaru meminta warga Bolivia untuk sabar menanti hingga semua surat suara dihitung.
Meski pemungutan suara berlangsung damai, penantian panjang warga terhadap hasil pemilu memicu spekulasi ada sesuatu yang salah. Namun Morales memecah keheningan malam dengan mendeklarasikan Acre sebagai juara.
Tak lama setelah itu, dua lembaga survei mengatakan bahwa hitung cepat menunjukkan Acre telah meraih lebih dari 50 persen suara. Sementara kandidat lainnya, Carlos Mesa, hanya 31 persen.
"Kita telah memulihkan demokrasi," kata Morales yang sedang terasing di Argentina. "Lucho akan menjadi presiden kita," sambungnya, merujuk pada Acre.
Muncul tak lama usai pernyataan Morales, Acre meminta semua warga Bolivia untuk tetap tenang. Ia berjanji akan membentuk pemerintahan baru yang berbasis kesatuan nasional.
Baca: Evo Morales Diberikan Status Pengungsi di Argentina
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News