"Saya menekankan lagi pentingnya menindaklanjuti lima poin konsensus Myanmar (5PCs)," ucap Menlu Retno dalam konferensi pers gabungan bersama Menlu Lavrov.
"Ini membutuhkan komitmen dari militer Myanmar untuk bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya," sambung dia. Menlu Retno mengaku telah meminta Rusia untuk mendukung implementasi 5PCs.
Rusia yang diwakili Lavrov menyambut baik permintaan Indonesia. Menurutnya, 5PCs merupakan kunci dalam menyelesaikan konflik di Myanmar, sejak militer di negara tersebut menggulingkan pemerintahan sipil pada 1 Februari.
"Kami menekankan kembali dukungan terhadap konsensus ASEAN dan posisi ASEAN. Menurut kami, ini harus menjadi basis dalam menyelesaikan masalah agar situasi di Myanmar dapat kembali normal," ungkap Lavrov.
Sejak konsensus ASEAN disepakati April lalu, belum ada perkembangan berarti di Myanmar. Kekuasaan di Myanmar masih dikuasai militer di bawah Jenderal Min Aung Hlaing, dan hampir setiap hari berlangsung unjuk rasa menentang kudeta.
Baca: Lakukan Serangan di Kota, Pasukan Myanmar Tewaskan 25 Orang
Awal Juli lalu, demonstran membakar foto Min Aung Hlaing di momen hari ulang tahun jenderal tersebut. Jenderal Min Aung Hlaing seharusnya sudah pensiun setelah ulang tahunnya ke-65. Namun, usia wajib pensiun itu dibatalkan usai kudeta.
Protes terus terjadi setiap hari di banyak wilayah di Myanmar sejak kudeta. Dari berbagai elemen masyarakat, tenaga kesehatan turut hadir di garis depan aksi protes menentang kudeta. Hal ini membuat sistem kesehatan Myanmar kolaps di tengah pandemi Covid-19.
Berdasarkan data terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa, lebih dari 880 orang tewas dalam bentrokan antara pedemo dengan pasukan keamanan sejak kudeta di Myanmar. Sementara itu, lebih dari 5.200 individu penentang kudeta masih ditahan pihak militer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News