Wakil Tetap Ukraina untuk PBB (kiri) Sergiy Kyslytsya dan Wakil Tetap Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya (kanan) menghadiri pertemuan di DK PBB, New York, 23 Agustus 2022. (TIMOTHY A. CLARY / AFP)
Wakil Tetap Ukraina untuk PBB (kiri) Sergiy Kyslytsya dan Wakil Tetap Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya (kanan) menghadiri pertemuan di DK PBB, New York, 23 Agustus 2022. (TIMOTHY A. CLARY / AFP)

Rusia Blokir Kerangka Final Perjanjian Pelucutan Nuklir di PBB

Willy Haryono • 27 Agustus 2022 17:25
New York: Pertemuan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam membahas pelucutan nuklir selama satu bulan berakhir gagal pada Jumat malam, 26 Agustus, setelah Rusia menolak menerima kerangka akhir Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT).
 
Perjanjian NPT dikaji ulang setiap lima tahun sekali sebagai bagian dari upaya mengurangi risiko nuklir dan menghentikan perluasan senjata nuklir di seluruh dunia.
 
Kegagalan negosiasi terjadi di tengah ketidaksepahaman atas invasi Rusia ke Ukraina, yang saat ini sudah memasuki bulan keenam.

"Rusia berusaha membuat amandemen terhadap perjanjian yang akan menciptakan kekacauan di fase akhir negosiasi," kata Presiden Kajian ke-10 NPT, Duta Besar Gustavo Zlauvinen.
 
"Ibaratnya kami seperti sudah membuat sebuah film bulan ini, tapi tidak ada adegan terakhirnya," sambung dia, dikutip dari laman CNN, Sabtu, 27 Agustus 2022.
 
Kampanye Internasional untuk Menghapus Senjata Nuklir mengatakan bahwa minimnya aksi dalam kajian ulang NPT merupakan hal yang tak dapat diterima di tengah meningkatnya risiko senjata nuklir.
 
"Hasil ini benar-benar tidak bertanggung jawab di tengah meningkatnya situasi global yang semakin berbahaya," ujar direktur eksekutif grup tersebut, Beatrice Fihn.
 
"Negara-negara bersenjata nuklir tidak hanya gagal membuat kemajuan dalam kewajiban pelucutan mereka, tapi juga telah menghabiskan lebih dari USD82 miliar dalam memelihara dan meningkatkan persenjataan mereka, di saat risiko penggunaan senjata semakin itu berada di level tinggi," sebut Fihn.
 
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) dan puluhan negara lainnya mengeluarkan pernyataan gabungan, memperingatkan mengenai ancaman pengambilalihan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina oleh Rusia. PLTN tersebut merupakan yang terbesar di benua Eropa.
 
Ancaman bencana nuklir sudah ada selama berbulan-bulan, sejak PLTN Zaporizhzhia jatuh ke tangan Rusia pada Maret lalu. Ukraina berulang kali menuduh Rusia menyimpan senjata berat di kompleks PLTN tersebut, dan menggunakannya sebagai titik peluncuran serangan. Ukraina tidak dapat membalas serangan karena khawatir dapat menghantam salah satu reaktor nuklir yang ada di sana.
 
Perjanjian NPT pertama kali ditandatangani pada 1968, dan mulai berlaku pada 1970. Sebanyak 191 negara telah menandatanganinya, termasuk lima negara pemilik senjata nuklir. 
 
Baca:  Rusia Tuduh AS Lakukan Inspeksi Senjata Nuklir secara Provokatif
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan