Senin, 8 Agustus 2022, Rusia mengatakan, mereka tidak mengizinkan senjatanya diperiksa di bawah perjanjian untuk sementara waktu karena adanya pembatasan perjalanan yang diberlakukan Washington beserta sekutunya.
Dalam sebuah komentar yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri, Wakil Menteri Luar Negeri, Sergei Ryabkov mengatakan bahwa pengumuman AS –,yang diajukan kepada Moskow ketika konferensi pers Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT),– telah menjadi pemicu bagi Rusia untuk menarik ulang kerja samanya.
“Di situasi seperti ini, langkah yang mereka lakukan terlihat seperti provokasi secara langsung,” ujar Ryabkov, seperti dikutip AOL, Kamis 11 Agustus 2022.
Ia mengatakan bahwa Rusia percaya pihak Amerika ingin mencari cara untuk mempertahankan upaya verifikasi dua arah – meskipun ada kesulitan yang ditimbulkan dari sanksi yang dibuat AS serta pembatasan perjalanan yang diberlakukan untuk Rusia sebagai respon atas agresi militer Moskow di Ukraina.
“Sungguh disayangkan, di Washington, rupanya mereka berpikir sebaliknya dan menjalankan eskalasi yang tidak beralasan dan tidak diperlukan,” ujar Ryabkov.
“Mereka mencoba untuk menghadapi kita dengan ‘fait accompli’ dan melakukan inspeksi tanpa pemberitahuan sebelumnya,” imbuhnya.
Perjanjian New START, yang mulai berlaku pada 2011, telah membatasi jumlah hulu ledakan nuklir strategis yang dapat dikerahkan Amerika Serikat dan Rusia, serta penyebaran rudal dan pengeboman berbasis darat dan kapal selam untuk mengirimkannya. Perjanjian tersebut juga menyediakan inspeksi untuk memastikan kedua belah pihak dapat mematuhi aturan tersebut.
Senin, 1 Agustus 2022, Presiden AS, Joe Biden mengatakan bahwa pemerintahannya siap untuk “segera” menegosiasikan kerangka kerja baru untuk menggantikan START baru yang akan berakhir pada 2026 mendatang, jika Moskow menunjukan kesediaannya untuk melanjutkan kontrol senjata nuklir. (Gracia Anggellica)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News