Baca: Trump akan Hentikan Semua Pendanaan untuk WHO.
Langkah Trump ini juga mendapat teguran dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres. Guterres mengatakan “WHO dalam kondisi sangat kritis terhadap upaya dunia untuk memenangkan perang melawan covid-19".
Selasa malam, Trump menyatakan dana Amerika Serikat akan ditunda selama 60-90 hari sambil menunggu tinjauan "untuk menilai peran WHO yang mereka anggap salah urus dan menutupi penyebaran virus korona". AS adalah kontributor tunggal terbesar bagi WHO.
Richard Horton, pemimpin redaksi jurnal medis Lancet, menulis bahwa keputusan Trump adalah "kejahatan terhadap kemanusiaan. Setiap ilmuwan, setiap pekerja kesehatan, setiap warga negara harus melawan dan memberontak terhadap pengkhianatan solidaritas global yang mengerikan ini."
Sementara Sekjen Guterres, mengatakan ‘bukan waktunya’ untuk memotong dana atau untuk mempertanyakan kesalahan.
"Begitu kita akhirnya membalik halaman tentang epidemi ini, harus ada waktu untuk melihat kembali sepenuhnya untuk memahami bagaimana penyakit seperti itu muncul dan menyebarkan kehancurannya begitu cepat di seluruh dunia, dan bagaimana semua yang terlibat bereaksi terhadap krisis," kata Guterres.
“Pelajaran yang dipetik akan sangat penting untuk secara efektif mengatasi tantangan yang sama, karena mungkin timbul di masa depan. Tapi sekarang bukan saatnya. Ini juga bukan saatnya mengurangi sumber daya untuk operasi Organisasi Kesehatan Dunia atau organisasi kemanusiaan lainnya dalam memerangi virus," tukasnya, dirilis dari Guardian, Rabu, 15 April 2020.
Kecaman
Menyuarakan permohonan Guterres, Dr Amesh Adalja, seorang pakar senior di Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins, mengatakan WHO memang membuat kesalahan dan mungkin perlu reformasi tetapi pekerjaan itu perlu dilakukan setelah krisis berlalu. "Bukan di tengah-tengah pandemi Anda melakukan hal semacam ini," katanya.
Dr Nahid Bhadelia, seorang dokter penyakit menular dan profesor di sekolah kedokteran Universitas Boston, mengatakan pemotongan itu adalah “bencana mutlak. WHO adalah mitra teknis global, platform di mana negara berdaulat berbagi data/teknologi, mata kita pada lingkup global pandemi ini."
Baca: PBB: Sekarang Bukan Saatnya Pangkas Pendanaan WHO.
Laurie Garrett, mantan anggota senior Dewan Hubungan Luar Negeri, mengatakan keputusan itu adalah tindakan "terkutuk" oleh Trump yang "dengki" dan akan menelan korban jiwa. "Sementara itu, WHO adalah satu-satunya jalur kehidupan yang dimiliki sebagian besar negara Afrika, Amerika Latin dan Asia Pasifik," tuturnya.
Lawrence Gostin, Direktur Pusat WHO untuk kesehatan masyarakat dan hak asasi manusia, memperkirakan AS pada akhirnya akan kalah karena negara-negara lain akan masuk ke dalam kekosongan dengan meningkatnya pendanaan. "Dalam kesehatan global dan di tengah pandemi, Amerika akan kehilangan suaranya," kata Gostin.
WHO telah mendapat kecaman atas beberapa aspek penanganan pandemi ini, dan telah dituduh oleh AS terlalu menghormati Tiongkok, mengingat penindasan awal Partai Komunis terhadap informasi dan menghukum pelapor. Sebagian besar fokus kritik adalah pada tweet 14 Januari dari WHO yang mengatakan "penyelidikan awal yang dilakukan oleh otoritas Tiongkok tidak menemukan bukti yang jelas tentang penularan dari manusia ke manusia".
Tetapi para pejabat WHO juga mengatakan kepada rekan-rekan mereka dalam pengarahan teknis pada 10 dan 11 Januari, dan memberi tahu pers pada 14 Januari, bahwa penularan dari manusia ke manusia adalah kemungkinan yang kuat mengingat pengalaman epidemi koronavirus di masa lalu dan mendesak tindakan pencegahan yang sesuai.
WHO juga telah diserang karena pengucilan Taiwan dari keanggotaan karena Beijing menganggapnya sebagai wilayah Tiongkok. Keputusan Trump untuk memotong dana disambut di beberapa tempat, termasuk oleh aktivis demokrasi Hong Kong Joshua Wong yang menyebut WHO sebagai "perpanjangan tangan diplomasi Tiongkok".
Pernyataan Trump muncul di tengah kritik yang terus-menerus atas kegagalannya mempersiapkan diri menghadapi epidemi, yang telah menginfeksi lebih dari 600.000 orang dan menewaskan lebih dari 24.000 di dalam negaranya. AS menjadi negara yang terkena dampak terburuk di dunia dalam hal jumlah infeksi. Pada Rabu dilaporkan bahwa USD1.200 setara Rp16,8 juta cek bantuan untuk sebanyak 70 juta orang dapat ditunda selama beberapa hari karena Trump ingin namanya dicetak pada bantuan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News