Acara sengaja dipisah dengan webinar untuk pengumuman dua kategori lainnya, yaitu critical essay dan inspirational story yang diadakan pekan lalu karena target audiens yang berbeda.
"Jika digabung, kami rasa webinar kemarin kurang tepat untuk adik-adik sekolah dasar karena terlalu berat materinya untuk usia mereka. Oleh karena itu kami membuat acara ini yang kami kemas seringan dan semenarik mungkin sehingga mereka bisa antusias mengikutinya namun juga tetap mendapatkan motivasi untuk mengejar mimpi dari kakak-kakak yang hadir," ujar Angel Berlian Fonataba selaku Ketua Panitia dalam keterangan persnya yang diterima Medcom.id pada Minggu, 11 April 2021.
"Selain itu kami juga menggunakan juru bahasa isyarat sehingga acara bisa dinikmati juga oleh teman-teman tuli," sambungnya.
Acara dibuka dengan pembacaan doa dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta laporan kegiatan PMP Jerman yang disampaikan oleh Novena Maturbongs selaku wakil ketua. Acara dilanjutkan dengan sambutan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Berlin Prof. Dr. Ardi Marwan.
Dalam sambutannya, Ardi Marwan sangat mengapresiasi kegiatan yang dibuat oleh Perhimpunan Mahasiswa Papua di Jerman ini. "KBRI berharap program ini bisa menjadi program tahunan PMP, karena lomba seperti ini baik untuk mengasah kemampuan diri di bidang menulis dan juga public speaking," pesan Ardi Marwan dalam sambutannya.
Acara yang dipandu oleh Moderator Mario Matinahoru dihadiri juga oleh Komunitas Tuli Sorong. Kegiatan ini berlangsung meriah karena dihadiri oleh beberapa idola dari Papua seperti Michael Jakarimilena, penyanyi jebolan Indonesian Idol babak pertama yang ikut memberikan motivasi dan melantunkan suara emasnya dengan menyanyikan lagu secara spontan berjudul Tatinggal di Papua yang dipopulerkan oleh Pace Nogei.
"Lakukan hal-hal yang baik seperti disiplin dalam belajar dan berlatih untuk meraih mimpinya ade-ade, karena tidak ada yang tidak mungkin." ujarnya.
Baca: Sambut Ramadan, KJRI Frankfurt Gelar Pengajian Daring bagi WNI
Alberth Fakdawer yang berperan sebagai Denias di film Denias, Senandung di Atas Awan (2006) juga berbagi motivasi dengan mengutip salah satu dialog dari Maleo yang diperankan oleh Ari Sihasale. Dialog itu berbunyi, "Belajar itu bisa di mana saja."
Alberth juga melantunkan suaranya dengan menyanyikan lagu Senandung di Atas Awan yang merupakan soundtrack dari film Denias. Acara ini pun diisi dengan menyanyikan lagu Heal The World karya Michael Jackson oleh seluruh peserta yang dipandu dengan gabungan video cover dari Albert Fakdawer, Nicole Pasanea, Elis Sayuri, Lince Baransano, Trivhena Yabarmase, William Rio Sopaheluwakan, Fanny Renyaan, Nhi Thao Trinh, Yogi Jaelani, Inggrid Noya, Ishak Paryaribo, Josepha Tamaela , Angel’s Voice dan PMP Jerman.
Hiburan lainnya yang tidak kalah seru adalah dua cerita dongeng yang masing-masing dibawakan oleh Maria Isabelle "Ape" Paribang, siswa TK Happy Holy Kids Manokwari dengan judul Aturan Baru di Rumah dan Ansri Nauw dari Buku Untuk Papua dengan judul Lusi dan Aplena dari Teluk Mayalibit Raja Ampat. Nafa Wambrauw dari Sorong ikut berpartisipasi dengan membaca puisi karyanya yang berjudul Papua.
Selain itu terdapat sesi berbagi cerita dari peserta yang hadir, seperti Viola Sigalingging dari Tembagapura, Luthfi dari Berlin, Agnes dari Komunitas Tuli Sorong dan Dea dari PMP Jerman yang menceritakan pengalaman mereka selama masa pandemi berlangsung.
Di penghujung acara, para pemenang lomba diumumkan oleh Founder Buku untuk Papua (BUP) Dayu Rifanto yang juga merupakan juri kategori cerpen ini. Adapun pemenang lomba menulis cerpen ini adalah sebagai berikut - Juara 1 dimenangkan oleh Nadia Keren Latuheru dengan judul cerpen Sekolah di Rumah Karena Corona dari Kabupaten Sorong, juara ke-2 diperoleh Viola Grimonia Yapen Sigalingging dari Tembagapura, Kabupaten Mimika dengan judul cerpen Cerita Insos, sedangkan juara ke-3 dimenangkan oleh dua orang siswa yaitu Valentina Jeanne d’arc Sirken dari Kabupaten Manokwari dengan judul Pengalamanku di Tengah Pandemi dan Elieser Seseray dengan judul Karena Corona Mama Jadi Guru dari Waisai, Kabupaten Raja Ampat.
Acara diakhiri dengan pesan dari Agnes dan teman-teman Komunitas Tuli Sorong yang menyampaikan bahwa "Kita semua sederajat, baik teman-teman tuli maupun teman-teman dengar. Mari kita sama-sama belajar untuk saling mengerti dan mengasihi satu sama lain."
Angel Berlian Fonataba selaku Ketua Panitia menyampaikan bahwa rentetan acara lomba menulis yang berlangsung kurang lebih satu setengah bulan ini bisa berjalan dengan lancar karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
"Kami sempat pesimistis pada awalnya tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak, kompetisi ini ternyata diikuti oleh banyak adik-adik peserta dari seluruh Indonesia bahkan dari mancanegara. Kami percaya ini semua adalah berkat yang kami terima dari hati-hati malaikat yang telah membantu kami," jata Angel.
Ia juga menyampaikan harapannya agar kompetisi ini tetap bisa diadakan setiap tahunnya dan juga semoga PMP Jerman dan Komunitas Tuli Sorong bisa bekerja sama untuk menumbuhkan kesadaran untuk mematahkan stigma negatif di kalangan masyarakat Papua tentang teman-teman tuli.
Rangkaian acara ditutup dengan doa dan ucapan syukur yang dipimpin oleh Pendeta Luisye Sia-Panjaitan dari Bogor, Jawa Barat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News