Tahanan ISIS di Penjara Suriah yang menyerah. Foto: SDF
Tahanan ISIS di Penjara Suriah yang menyerah. Foto: SDF

AS Desak Para Sekutu Pulangkan Tahanan ISIS Usai Penjara Suriah Diserang

Fajar Nugraha • 01 Februari 2022 11:06
Washington: Amerika Serikat (AS) mendesak sekutunya untuk memulangkan tersangka warga negara kelompok teroris Islamic State (ISIS) yang ditahan di timur laut Suriah. Imbauan dilakukan setelah kelompok teroris itu melancarkan serangan ke sebuah penjara untuk membebaskan para anggotanya.
 
“Washington meminta mitra dalam koalisi internasional yang mengalahkan ISIS, untuk meningkatkan penahanan yang aman dan manusiawi terhadap anggota ISIS. Termasuk mendukung inisiatif rehabilitasi, dan segera memulangkan warga negara mereka dan tahanan lain yang tersisa di timur laut Suriah," dalam sebuah pernyataan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Ned Price, seperti dikutip AFP, Selasa 1 Februari 2022.
 
Baca: AS Sebut Pasukan Kurdi Kuasai Kembali Penjara di Suriah Usai Serangan ISIS.

Setelah enam hari pertempuran sengit, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi mengumumkan pada Rabu 26 Januari 2022 bahwa mereka telah merebut kembali penjara. Tetapi bentrokan berlanjut hingga Sabtu 29 Januari antara pejuang Kurdi dan militan di dekat penjara.
 
“Para pemimpin senior ISIS ditangkap atau dibunuh selama pertempuran,” kata Price.
 
Price pun memuji SDF “atas respons heroik dan efektif mereka terhadap serangan ISIS yang berkelanjutan.”
 
Sebagian besar negara enggan memulangkan tersangka ISIS mereka dari timur laut Suriah. Mereka lebih memilih untuk meninggalkan tersangka dalam tahanan otoritas Kurdi.
 
Tetapi Pemerintah Kurdi telah lama memperingatkan bahwa mereka tidak memiliki kapasitas untuk menahan, apalagi mengadili, semua militan ISIS yang ditangkap dalam operasi bertahun-tahun.
 
Pihak berwenang mengatakan lebih dari 50 negara terwakili di penjara-penjara Kurdi yang menahan lebih dari 12.000 tersangka ISIS.
 
Kepala kebijakan luar negeri pemerintah Kurdi Abdulkarim Omar mengatakan, terserah kepada komunitas internasional untuk mengadili militan asing atau memulangkan mereka.
 
“Ancaman ISIS seperti bola api, semakin berbahaya dan rumit seiring berjalannya waktu,” ucap Omar kepada AFP.
 
Kekhalifahan ISIS yang dideklarasikan sendiri, didirikan pada 2014, pernah mengangkangi sebagian besar Irak dan Suriah, sebuah negara yang dilanda perang saudara sejak 2011.
 
Setelah lima tahun operasi militer yang dilakukan oleh pasukan lokal dan internasional, kekuatan terakhir ISIS akhirnya dihancurkan di tepi Sungai Efrat di Suriah timur pada Maret 2019.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan