Melihat kembali beberapa dekade ke belakang, ada dua perbedaan besar yang menonjol dari sosok Pangeran Philip. Yang pertama, antara kehidupan yang ditampilkan di mata publik, dan seorang pria yang sangat tertutup. Anak laki-laki yang bolak-balik antara wali dan sekolah dan negara dengan cepat belajar menutup sisi pribadinya dari pandangan publik. Di dalam Istana itu menjadi pandangan dunianya. Sebagian besar pertanyaan pribadi penulis biografinya ditanggapi dengan mengangkat bahu, seolah mengatakan "Saya tidak tahu mengapa Anda mengganggu".
Dia pernah berkata tentang putranya Charles: "Dia (Charles) seorang yang romantis, saya seorang pragmatis. Dan karena saya tidak melihat hal-hal sebagai sesuatu yang romantis, saya (dianggap) tidak berperasaan." Ada sedikit keraguan bahwa dia tersengat oleh tuduhan itu. Tapi pikiran batinnya bukan untuk konsumsi publik.
Sementara yang kedua besar adalah kontras antara pusaran yang hampir tak henti-hentinya kehidupan publiknya, dan tingkat kesendirian dalam pribadinya. "Hidup, tidak memungkinkan dia untuk membangun persahabatan. Dia berkeliling dunia dengan cara yang begitu mudah,” sebut pengama keluarga kerajaan BBC.
Itu adalah Philip yang dikenal; tidak ada upacara, hierarki didorong ke satu sisi, kelompok besar di atas pertemuan yang lebih intim.
Karena keinginannya untuk privasi, karena posisinya, dan karena hampir semua yang paling mengenalnya telah pergi, pemahaman kita tentang dia akan selalu tidak lengkap. Tapi itu juga karena orang macam apa dia, karena kontradiksi dan kontras yang muncul selama beberapa dekade.
"Seorang pria lincah seperti Yang Mulia," kata seniman dan arsitek Sir Hugh Casson, "membutuhkan potret yang longgar."
Dia pernah ditanya tentang apa hidupnya (jenis pertanyaan yang biasanya menerima dengusan tak percaya). Apakah itu tentang mendukung Ratu? "Tentu, tentu saja," jawabnya.
Dia tidak melihat dirinya sebagai seorang pemimpin, meskipun dia bisa memimpin. Dan prestasinya sendiri secara konsisten dia remehkan. Menerima penghargaan Freedom of the City of London pada 1948, dia berbicara untuk dirinya sendiri dan untuk apa yang dia sebut "pengikut" lainnya, dengan kesederhanaan merek dagang.
"Satu-satunya perbedaan kami," katanya, "adalah bahwa kami melakukan apa yang diperintahkan kepada kami, dengan kemampuan terbaik kami, dan terus melakukannya."
Duke of Edinburgh dan Ratu Elizabeth II sudah menikah selama lebih dari 70 tahun. Pangeran Philip pun mendedikasikan dirinya untuk melaksanakan tugas kerajaan hingga berdekade.
Kematiannya tentunya meninggalkan kekosongan bagi Keluarga Kerajaan Inggris. Dia akan tetap dikenal sebagai tokoh yang kontroversial namun sekaligus menarik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News