"Hari ini, kita menghadapi situasi yang saya sebut sebagai sebuah darurat lautan," ucap Guterres kepada ribuan pembuat kebijakan, pakar dan praktisi yang hadir dalam KTT Lisbon.
Dikutip dari France 24, ia mengatakan bahwa kualitas lautan dunia semakin menurun karena terus terkena polusi dan dampak buruk perubahan iklim.
Menurut Guterres, nasib umat manusia sangat tergantung dari sehat tidaknya lautan dunia. Ia mengatakan bahwa lautan dunia menghasilkan 50 persen dari oksigen yang "kita hirup bersama." Lautan juga memberikan protein serta nutrisi kepada miliaran orang pada setiap harinya.
Menutupi 70 persen permukaan planet Bumi, lautan dunia juga disebut Guterres telah mengurangi dampak buruk perubahan iklim terhadap kehidupan di daratan. Namun pengurangan dampak tersebut berimbas buruk pada lautan.
Karena menyerap sekitar seperempat dari polusi karbondioksida, air laut di dunia telah berubah menjadi bersifat asam. Hal ini mengancam rantai makanan hewan laut dan kapasitas lautan dalam menyerap karbon.
Tidak hanya itu, lautan juga menyerap lebih dari 90 persen panas berlebih dari pemanasan global, yang telah membunuh banyak terumbu karang dan memperluas zona-zona kematian tanpa oksigen.
"Kita baru mulai memahami seberapa parah perubahan iklim akan merusak kesehatan lautan," kata Charlotte de Fontaubert, tokoh Bank Dunia yang memimpin dorongan memujudkan ekonomi biru.
Berdasarkan data Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP), kesehatan laut semakin memburuk karena terus berdatangannya polusi, termasuk sampah plastik.
Dalam tren saat ini, sampah plastik akan meningkat hampir tiga kali lipat ke angka 1 miliar ton pada 2060, berdasarkan laporan terbaru dari Organisasi Kerja Sama dan Pertumbuhan Ekonomi (OECD).
Baca: BMKG Ingin Tingkatkan Observasi Laut Hadapi Perubahan Iklim
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News