Gugatan ini semakin memperkuat dugaan terjadinya "budaya" pelecehan seksual di Departemen Antropologi Harvard.
Profesor John Comaroff "mencium dan meraba mahasiswa tanpa persetujuan mereka, melakukan tindakan seksual yang tidak diinginkan, dan mengancam untuk menyabotase karier mahasiswi apabila mereka mengajukan komplain," tutur tiga mahasiswa pascasarjana Harvard, dikutip dari The Straits Times, Rabu, 9 Februari 2022.
Laporan pengaduan yang diajukan di Pengadilan Distrik Amerika Serikat untuk Distrik Massachusetts menyebutkan bahwa Harvard mengabaikan laporan mereka.
Comaroff "membantah pernah melecehkan atau melakukan balas dendam terhadap mahasiswa mana pun," katanya dalam sebuah pernyataan yang disampaikan oleh pengacaranya Norman Zalkind, Janet Halley, dan Ruth O'Meara-Costello.
Zalkind dan O'Meara-Costello merupakan penasihat di Zalkind Duncan & Bernstein LLP. Sementara, Halley adalah seorang profesor di Sekolah Hukum Harvard.
Juru bicara kampus di Cambridge itu mengatakan Universitas Harvard belum dapat berkomentar mengenai gugatan ketiga mahasiswi.
Dekan Fakultas Seni dan Sains (SAS) Claudine Gay menyebut dirinya bertindak sesuai kebijakan dan prosedur Title IX dalam surat tertanggal 3 Februari sebagai tanggapan terhadap anggota fakultas yang mempertanyakan temuan penyelidikan atas tuduhan terhadap Comaroff.
Gay mengonfirmasi bahwa Office of Dispute Resolution dan FAS menemukan fakta bahwa Comaroff melanggar kebijakan perilaku profesional Harvard tentang pelecehan seksual dan pelecehan berbasis gender.
Ia menolak untuk memberikan informasi lebih rinci mengenai temuan tersebut, tetapi memperingatkan bahwa anggota fakultas "beroperasi tanpa pemahaman komprehensif tentang fakta-fakta yang ada," yang mendorong penjatuhan sanksi terhadap profesor tergugat.
Ketiga mahasiswi menuduh Harvard telah melanggar Title IX, undang-undang federal yang melarang praktik diskriminasi dalam program pendidikan.
Lilia Kilburn, satu dari tiga mahasiswi yang mengajukan gugatan, menuduh Comaroff pernah merabanya di depan umum, mendeskripsikan imajinasi pemerkosaan dan pembunuhan, mengucilkannya dari mahasiswa lain, dan menghancurkan kehidupan akademiknya.
Dua mahasiswi lainnya, Margaret Czerwienski dan Amulya Mandava, adalah sesama memahsiswi pascasarjana yang melaporkan perlakuan Comaroff terhadap Kilburn kepada petinggi universitas. Keduanya mengatakan Harvard tidak menyelidiki pengaduan tersebut. Tidak adanya tanggapan dari Harvard membuat Comaroff dapat melakukan balas dendam terhadap ketiga mahasiswi tersebut.
Harvard tidak mengambil tindakan apapun terhadap Comaroff hingga koran kampus, Harvard Crimson, mengeluarkan artikel pada tahun 2020 yang mengungkapkan adanya "pola pengabaian yang disengaja" terhadap kejahatan seksual, pelecehan, dan pembalasan dendam di Departemen Antropologi.
Dugaan tidak adanya tindakan dari Harvard "menunjukkan kebijakan institusional berbasis ketidakpedulian: sebuah sistem yang dirancang untuk melindungi universitas dan reputasinya dengan mengorbankan mahasiswa," tertulis dalam artikel Harvard Crimson.
Comaroff adalah seorang profesor antropologi bidang studi Afrika dan Afrika-Amerika. Berdasarkan pengaduan yang dilaporkan terkait dirinya, Comaroff merupakan pakar terkemuka di bidang pembelajaran Afrika, antropologi hukum dan politik, kejahatan dan kepolisian, antropologi kolonialisme dan pascakolonialisme, dan antropologi sejarah.
Setelah penyelidikan yang didorong oleh artikel Harvard Crimson, Harvard menjatuhkan skors kepada Comaroff sepanjang semester musim semi dan memberlakukan "sanksi terbatas" lainnya. Saat ini, Comaroff bersama istrinya terus melakukan upaya perlawanan terhadap para penggugat. (Kaylina Ivani)
Baca: Pakar Beberkan Cara Mencegah Pelecehan Seksual di Kampus
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id