Mengomentari hari pertama KTT NATO di Lithuania, di mana sejumlah negara menjanjikan lebih banyak persenjataan dan dukungan keuangan untuk Kyiv, Medvedev mengatakan bahwa bantuan itu tidak akan menghalangi Rusia untuk mencapai tujuannya di Ukraina.
"(Negara-negara) Barat yang benar-benar gila tidak dapat menemukan ide lain. Kenyataannya, semua ini akan berakhir buntu. Perang Dunia III semakin dekat," tulis Medvedev di aplikasi Telegram.
"Apa artinya semua ini bagi kita? Semuanya jelas. Operasi militer khusus akan berlanjut dengan tujuan yang sama," sambung dia, seperti dikutip dari laman Al Arabiya News, Rabu, 12 Juli 2023.
Operasi militer khusus merupakan istilah yang dipakai Rusia dalam melabeli invasinya ke Ukraina sejak Februari 2022. Sementara Ukraina dan sekutunya mengatakan bahwa RUsia menginvasi tanpa alasan untuk merebut tanah dan mendominasi negara tetangganya.
Barat mengatakan ingin membantu Ukraina berjaya dalam perang melawan Ukraina. Sejauh ini, sejumlah negara Barat telah memasok senjata dan amunisi modern dalam jumlah besar ke Kyiv.
Medvedev, yang menampilkan dirinya sebagai tokoh liberal modern ketika menjadi presiden dari 2008-2012, kini mencitrakan diri sebagai sosok yang sangat anti-Barat. Para diplomat mengatakan pandangan Medvedev memberikan indikasi pemikiran di jajaran elite Kremlin.
Masih pada Selasa kemarin, Medvedev juga mengecam potensi penggunaan "senjata tidak manusiawi," yaitu bom klaster (cluster bombs) yang dikirim Amerika Serikat (AS) ke Ukraina. Ia mengeklaim telah menerima laporan bahwa Ukraina telah menggunakan senjata tersebut.
Baca juga: Ukraina Berjanji Tak Gunakan Bom Klaster di Wilayah Rusia
AS telah mengumumkan pengiriman bom klaster atau bom curag kepada Ukraina. Senjata ini biasanya melepaskan sejumlah bom kecil di wilayah luas, dan beberapa di antaranya kerap tidak langsung meledak. Karena berbahaya bagi warga sipil, senjata ini dilarang oleh banyak negara.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan bahwa Moskow akan terpaksa menggunakan senjata "serupa" jika AS memasok bom klaster ke Ukraina. Rusia dan Ukraina sebelumnya saling tuding sudah menggunakan senjata tersebut dalam perang yang telah berlangsung selama lebih dari 500 hari itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News