Sekelompok pengungsi Rohingya berada di pesisir Aceh, 16 November 2022. (RAHMAT MIRZA / AFP)
Sekelompok pengungsi Rohingya berada di pesisir Aceh, 16 November 2022. (RAHMAT MIRZA / AFP)

Terombang-ambing di Tengah Laut, 180 Rohingya Dikhawatirkan Tewas

Willy Haryono • 26 Desember 2022 17:52
Jenewa: Sekitar 180 pengungsi Rohingya yang terapung-apung di atas sebuah kapal selama berminggu-minggu di Samudra Hindia diyakini sudah meninggal dunia, menurut keterangan Komisaris Tinggi Pengungsian PBB (UNHCR).
 
Ribuan Rohingya yang sebagian besarnya adalah Muslim melakukan perjalanan laut yang berisiko dari Myanmar dan kamp-kamp pengungsi di Bangladesh pada setiap tahunnya untuk mencapai Malaysia atau Indonesia.
 
Dalam kasus terbaru, sebuah kapal berisi 180 pengungsi Rohingya diperkirakan berangkat bulan lalu dan sempat dilaporkan berlayar dekat Thailand, Malaysia, india, Kepulauan Andaman India, dan Selat Malaka -- salah satu rute pelayaran tersibuk di dunia.

"Keluarga sudah kehilangan kontak. Mereka yang terakhir melakukan komunikasi menganggap semuanya sudah meninggal. Kami berharap ini tidak terjadi," tulis UNHCR di Twitter, mengutip dari laman AFP, Senin, 26 Desember 2022.
 
"Jika benar, ini akan menjadi berita yang mengenaskan. Hati kami tertuju kepada semua keluarga yang berpotensi kehilangan orang tercinta dalam tragedi mengejutkan ini. Kami mengulangi permohonan kami kepada negara-negara di kawasan untuk membantu menyelamatkan nyawa. Ini harus menjadi prioritas," sambungnya.
 
Pekan lalu, seorang penduduk kamp Rohingya di Bangladesh, Noor Habi, mengatakan bahwa putrinya yang berusia 23 tahun, Munuwara Begum, berada di atas kapal tersebut. Begum diketahui berkomunikasi dengan saudara perempuannya dengan menggunakan walkie-talkie.
 
"Kami dalam bahaya. Tolong selamatkan kami," kata Begum, menurut potongan audio panggilan tersebut.
 
"Tidak ada makanan dan air di sini. Tidak ada yang menyelamatkan kami dari kapal yang tenggelam ini," lanjutnya.
 
Hari Minggu lalu, sebuah kapal lain – yang ketiga dalam beberapa bulan terakhir – dengan mesin rusak dan membawa 57 pengungsi Rohingya mendarat di pantai barat Indonesia setelah sebulan berada di laut, kata kepolisian.
 
Pekan lalu, 104 pengungsi Rohingya lainnya dilaporkan diselamatkan dari kapal lain di lepas pantai Sri Lanka, ratusan kilometer dari Myanmar di sisi lain Teluk Benggala.
 
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) bulan ini mendesak negara-negara di kawasan "untuk bekerja secara mendesak dan bersama-sama untuk menghindari terulangnya krisis 2015 ketika ribuan pria, wanita, dan anak-anak menghadapi tantangan luar biasa."
 
"Pemerintah dan mitra telah bekerja sama sebelumnya untuk mengatasi ini di tingkat regional. Dengan kehidupan dan keselamatan para pengungsi yang terancam di tangan para penyelundup, kami sekali lagi menyerukan tindakan regional yang mendesak," sebut IOM.
 
Baca:  UNHCR: 2022 Salah Satu Tahun Terburuk bagi Rohingya di Laut
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan