"Otoritas Palestina yang berfungsi juga merupakan kepentingan Israel demi mewujudkan perdamaian. Kita memerlukan otoritas Palestina yang kuat, bukan yang lebih lemah," kata Borrell, dikutip dari Malay Mail, Senin, 27 Mei 2024.
Pernyataan tersebut disampaikannya kepada wartawan sebelum mengadakan pembicaraan dengan Mustafa tentang bagaimana cara pemerintahan Palestina dapat dibangun untuk mengambil alih kekuasaan di Jalur Gaza dari kelompok Hamas.
"Kami melihat pertemuan hari ini sebagai kesempatan penting bagi kami sebagai pemerintah dan pemerintahan baru untuk menyampaikan garis besar prioritas serta rencana kami kepada mitra internasional dalam periode mendatang," ucap Mustafa.
Sementara itu, Mustafa mengatakan bahwa ‘prioritas pertama’ pihaknya adalah mendukung penuh warga Palestina di Gaza, terutama melalui gencatan senjata. Setelah itu, Otoritas Palestina akan membangun kembali berbagai institusi di Gaza yang sudah dikuasai Hamas sejak 2007.
Mustafa juga meminta mitra-mitra internasional untuk menekan Israel agar mencairkan pendanaan Otoritas Palestina. "Kita akan bersiap untuk mereformasi lembaga-lembaga kita, dan semoga kita bersama dapat mempertahankan upaya menuju kenegaraan serta perdamaian di kawasan," ujar Mustafa.
Pertemuan seputar isu Timur Tengah di Brussels berfokus pada bantuan internasional yang dipimpin Menteri Luar Negeri Norwegia Espen Barth Eide. Pertemuan tersebut berhubungan dengan Perjanjian Oslo tahun 1993 yang membentuk serangkaian perjanjian antara Palestina dan Israel.
Sebelumnya, Israel sangat marah kepada Norwegia, Spanyol dan Irlandia karena mengumumkan rencana mengakui Negara Palestina pada Selasa besok. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa rencana ketiga negara tersebut dapat dibilang sebagai sebuah "hadiah untuk terorisme." (Theresia Vania Somawidjaja)
Baca juga: Dua Petinggi Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Kota Rafah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News