Juru bicara Stephane Dujarric mengatakan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kecewa dengan keputusan parlemen Israel (Knesset) untuk meloloskan langkah tersebut.
"Jelas Anda tidak dapat membatalkan solusi dua negara dengan suara bulat," kata Dujarric kepada wartawan, seperti dikutip Anadolu, Jumat 19 Juli 2024.
“Sekjen Guterres telah berkali-kali mengatakan bahwa ia percaya bahwa mengakhiri pendudukan dan menegosiasikan solusi dua negara, di mana Israel dan negara Palestina yang merdeka, demokratis, bersebelahan, layak dan berdaulat hidup berdampingan dalam damai dan aman dengan perbatasan yang aman dan diakui berdasarkan garis 1967, dengan Yerusalem sebagai ibu kota kedua negara, adalah satu-satunya jalan yang layak menuju perdamaian yang berkelanjutan bagi rakyat Israel dan rakyat Palestina," kata juru bicara tersebut.
Baca: Resolusi Menentang Negara Palestina Merdeka Diloloskan Parlemen Israel . |
"Jadi, bagi kami, mosi yang disahkan jelas tidak konsisten dengan resolusi PBB, hukum internasional dan perjanjian sebelumnya, dan (Guterres) sekali lagi, menyerukan kepada Israel dan semua pihak dengan jujur, untuk melakukan apa pun yang membawa kita semakin jauh dari solusi dua negara," tambahnya.
Resolusi yang disahkan di Knesset dengan suara 68 - 9, mengatakan pembentukan negara Palestina "di jantung Tanah Israel akan menimbulkan bahaya eksistensial bagi Negara Israel dan warganya, mengabadikan konflik Israel-Palestina dan mengganggu stabilitas wilayah tersebut.”
Pemungutan suara dilakukan saat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dijadwalkan pergi ke Washington pada hari Minggu untuk bertemu Presiden AS Joe Biden dan berpidato di Kongres.
Knesset memberikan suara pada Februari untuk menolak secara sepihak pengakuan negara Palestina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News