Pembantaian Srebrenica dianggap sebagai tindakan pertumpahan darah terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II.
Pengadilan Den Haag akan memberikan putusan akhir atas apa yang disebut “Penjagal Bosnia", yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada 2017 karena genosida. Dia juga dihukum atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama perang Bosnia 1992-95.
Mladic sekarang dalam kondisi lemah dan berusia akhir tujuh puluhan tetapi. Tetapi dia masih berapi-api menyuarakan kecaman terhadap NATAO dan negara Barat ketika berada di dalam ruang sidang.
Ibu-ibu dari sekitar 8.000 pria dan anak laki-laki yang sebagian besar Muslim terbunuh ketika pasukan Serbia Bosnia menyerbu Srebrenica sementara itu akan berada di luar pengadilan di Belanda. Mereka telah lama berkampanye untuk keadilan.
"Kami akan pergi ke Den Haag untuk melihat mata algojo sekali lagi karena dia akhirnya dijatuhi hukuman," ujar Munira Subasic, presiden salah satu asosiasi "Mothers of Srebrenica", mengatakan kepada AFP, Selasa 8 Juni 2021.
Jaksa juga mengajukan banding terhadap pembebasan Mladic atas tuduhan genosida yang lebih luas.
Jaksa pengadilan Serge Brammertz mengatakan dia "sangat optimis" tentang putusan itu. Ahli hukum Belgia itu mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa dia "tidak bisa membayangkan hasil lain selain konfirmasi" dari setidaknya putusan asli.
Target NATO
Mladic, yang menghabiskan satu dekade dalam pelarian sebelum ditangkap pada 2011, adalah wajah militer dari trio brutal yang dipimpin di sisi politik oleh mantan Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic dan mantan pemimpin Serbia Bosnia Radovan Karadzic.Mladic dinyatakan bersalah atas genosida karena secara pribadi mengawasi pembantaian di daerah kantong Srebrenica yang seharusnya dilindungi PBB. Pembantaian dilakukan sebagai bagian dari kampanye untuk mengusir Muslim.
Rekaman dari saat itu menunjukkan dia membagikan permen kepada anak-anak sebelum mereka dan para wanita Srebrenica dibawa pergi dengan bus. Sementara para pria di kota itu digiring ke hutan dan dieksekusi.
Dia juga dinyatakan bersalah mengatur kampanye "pembersihan etnis" yang lebih luas untuk mengusir Muslim dan warga Bosnia dari daerah-daerah utama untuk menciptakan Serbia Raya ketika Yugoslavia pecah.
Perang tersebut menyebabkan sekitar 100.000 orang tewas dan 2,2 juta orang mengungsi. Tetapi Mladic, bersikeras selama sidang banding tahun lalu bahwa "nasib menempatkan saya dalam posisi untuk membela negara saya."
Selama ocehan panjang, Mladic juga mengatakan dia adalah "target aliansi NATO" dan mencemooh pengadilan sebagai "anak kekuatan barat".
Sidang banding ditunda berulang kali setelah Mladic membutuhkan operasi untuk mengangkat polip, dan kemudian karena pandemi covid-19. Akses ke pengadilan pada Selasa juga dibatasi karena menerapkan protokol kesehatan virus korona.
Penting bagi para korban
Sosok Mladic adalah trio Serbia terakhir yang diadili, dengan Milosevic meninggal karena serangan jantung di selnya di Den Haag pada 2006 sebelum persidangannya selesai. Sementara Karadzic menjalani hukuman seumur hidup karena genosida di Srebrenica.
Kerabat para korban berharap pengadilan juga akan membatalkan pembebasan Mladic atas vonis genosida yang lebih luas, dengan mengatakan perlunya rekonsiliasi antara komunitas yang masih terpecah.
"Putusan ini tidak hanya penting bagi para korban dan penyintas. Ini sangat penting bagi masa depan anak-anak kita, kita semua," kata Subasic, yang berencana hadir di pengadilan dengan sekitar belasan pendukungnya.
Tetapi bagi banyak orang Serbia Bosnia, Mladic dan Karadzic tetap menjadi pahlawan.
"Semua orang bangga bahwa dia berasal dari sini," kata Radosav Zmukic, kepala kelompok veteran lokal di kampung halaman Mladic, Kalinovik.
Jaksa Brammertz memperingatkan keputusan Mladic tidak akan mengakhiri perpecahan di Balkan, dengan mengatakan itu hanya "akhir dari satu bab".
"Penolakan genosida adalah fase terakhir dari genosida," pungkas Brammertz.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News