Ia sempat dijebloskan ke penjara di London pada 1960, namun melarikan diri enam tahun setelahnya. Dari situ, ia kabur dan menetap di Rusia.
Badan Intelijen Asing Rusia (SVR) mengklaim bahwa Blake "memiliki rasa cinta yang murni terhadap negara kami."
Kematian Blake, dilaporkan oleh kantor berita RIA Novosti, dikonfirmasi oleh Sergei Ivanov, kepala biro pers SVR. Presiden Rusia Vladimir Putin mendeskripsikan Blake sebagai seorang "profesional yang memiliki keberanian luar biasa."
"Selama bertahun-tahun lamanya, ia telah memberikan kontribusi tak ternilai dalam memastikan perdamaian di muka Bumi," ucap Putin dalam sebuah ucapan belasungkawa, dilansir dari laman BBC pada Minggu, 27 Desember 2020.
"Hati kami akan selalu mengingat kenangan hangat dari pria legendaris ini," sambungnya.
Baca: Terduga Agen Rusia Mengaku Taruh Racun di Celana Dalam Navalny
Blake lahir sebagai George Behar pada 11 November 1922 di Rotterdam, Belanda. Ayahnya adalah Yahudi asal Spanyol yang berperang bersama pasukan Inggris dalam Perang Dunia I. Berkat jasanya, ayah Blake mendapatkan status kewarganegaraan Inggris.
Saat Perang Dunia II, Blake pernah ikut serta dalam aktivitas Belanda, sebelum akhirnya melarikan diri ke Gibraltar yang dikuasai Inggris. Karena latar belakangnya, ia kemudian ditawari untuk bergabung ke badan intelijen.
Dalam sebuah wawancara bersama BBC pada 1990, Blake mengaku telah mengkhianati lebih dari 500 agen Barat. Namun ia membantah anggapan bahwa ada 42 agen yang meninggal akibat pengkhianatan dirinya.
Identitas Blake sebagai agen ganda terungkap usai perwira Polandia, Michael Goleniewski membelot ke Barat. Ia kemudian mengungkapkan detail mengenai adanya seorang pengkhianat di jajaran intelijen Inggris.
Dari situ, Blake dipanggil ke London dan kemudian ditangkap. Dalam sebuah persidangan, Blake mengaku bersalah atas lima tuduhan menyerahkan informasi rahasia Inggris ke Uni Soviet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News