"Kami telah belajar untuk hidup dengan (sanksi)," kata Nebenzya, dalam konferensi pers di kantor pusat PBB di New York, AS, dikutip dari Anadolu Agency, Rabu, 2 Februari 2022.
"Berulang kali kami dijatuhi sanksi, sampainya jumlahnya sudah tidak lagi terhitung. Saya berharap mereka punya cukup alasan untuk tidak benar-benar melakukannya, karena itu dapat menjadi bumerang," sambungnya.
Pernyataan Nebenzya disampaikan di tengah ketegangan terkait aktivitas militer Rusia di dekat perbatasan Ukraina, yang membuat AS beserta sekutu baratnya mengeluarkan peringatan kepada Moskow. Rusia diperingatkan untuk tidak melangsungkan agresi militer apapun terhadap Ukraina, salah satu negara pecahan Uni Soviet tersebut.
AS dan para sekutunya berulang kali memperingatkan Rusia akan adanya "konsekuensi berat" jika invasi benar-benar dilakukan terhadap Ukraina.
Baca: Isu Ukraina Memanas, AS Ancam Jatuhkan 'Sanksi Terberat' kepada Rusia
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebelumnya mendesak Rusia untuk meredakan situasi di perbatasan Ukraina. Rusia berulang kali membantah akan melancarkan invasi, dan mengaku hanya meminta jaminan keamanan dari negara Barat.
Salah satu yang diminta Rusia adalah jaminan bahwa Ukraina tidak akan pernah menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO.
Juru Bicara Kemenlu AS, Ned Price, menyampaikan bahwa Blinken dan Menlu Rusia Sergey Lavrov telah melakukan diskusi melalui telepon untuk menindaklanjuti tanggapan tertulis AS terhadap permohonan jaminan keamanan Rusia.
"Menlu (Blinken) mendesak peredaan ketegangan oleh Rusia dan penarikan pasukan serta perlengkapan dari perbatasan Ukraina,” ujar Price. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id