Five Eyes adalah istilah untuk jaringan intelijen lima negara, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Pernyataan terbaru Five Eyes disampaikan setelah pertemuan dengan sejumlah perusahaan swasta di pusat inovasi AS, Silicon Valley.
Direktur Biro Investigasi Federal AS (FBI) Christopher Wray mengatakan bahwa seruan bersama yang "belum pernah terjadi sebelumnya" bertujuan untuk menghadapi "ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya" dari Tiongkok terhadap inovasi di seluruh dunia.
Dari teknologi kuantum dan robotika hingga bioteknologi dan kecerdasan buatan, Tiongkok disebut Five Eyes telah mencuri rahasia di berbagai sektor.
"Tiongkok telah lama menargetkan bisnis dengan serangkaian teknik sekaligus: intrusi dunia maya, operasi intelijen manusia, dan investasi serta transaksi perusahaan yang tampaknya tidak berbahaya," kata Wray.
"Setiap helai dari jaring itu menjadi semakin berani dan berbahaya," sambungnya, Deccan Herald, Sabtu, 21 Oktober 2023.
Sebagai tanggapan, juru bicara pemerintah Tiongkok Liu Pengyu mengatakan bahwa negaranya berkomitmen terhadap perlindungan kekayaan intelektual.
"Kami dengan tegas menentang tuduhan dan pencemaran nama baik yang tidak berdasar terhadap Tiongkok, dan berharap pihak-pihak terkait dapat melihat perkembangan Tiongkok secara obyektif dan adil," kata juru bicara kedutaan Tiongkok di Washington dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.
Pencurian Kekayaan Intelektual
AS telah lama menuduh Tiongkok melakukan pencurian kekayaan intelektual, dan isu ini telah menjadi salah satu masalah utama dalam hubungan AS-Tiongkok. Namun ini adalah pertama kalinya Five Eyes secara terbuka menyerukan seruan kepada Tiongkok mengenai hal tersebut."Pemerintah Tiongkok terlibat dalam pencurian kekayaan intelektual dan keahlian yang paling berkelanjutan dan berskala besar dalam sejarah umat manusia," kata Mike Burgess, direktur jenderal Organisasi Intelijen Keamanan Australia.
Meski niat Tiongkok untuk berinovasi demi kepentingan nasionalnya "baik dan sepenuhnya tepat," Burgess mengatakan "perilaku yang kita bicarakan di sini jauh melampaui spionase tradisional."
Bulan lalu, Burgess mengatakan departemen yang dipimpimnya telah menggagalkan rencana Tiongkok dalam menyusup ke lembaga penelitian bergengsi Australia yang melibatkan penempatan akademisi di sana untuk mencuri rahasia.
"Hal seperti ini terjadi setiap hari di Australia, begitu juga dengan negara-negara di sini," kata Burgess, merujuk pada anggota Five Eyes.
Pernyataan Five Eyes dikeluarkan menyusul peringatan kelompok tersebut pada Mei lalu mengenai operasi mata-mata Tiongkok yang meluas dan dikatakan menargetkan infrastruktur penting serta berbagai sektor lainnya.
Pemerintah Tiongkok menolak tuduhan tersebut, dan menyebutnya sebagai "kampanye disinformasi kolektif."
Kecerdasan Buatan
Wray mengatakan Tiongkok memiliki "program peretasan yang lebih besar dibandingkan gabungan semua negara besar lainnya." Digabungkan dengan mata-mata fisik dan pencurian rahasia dagang dari perusahaan swasta dan lembaga penelitian, Tiongkok disebut Wray memiliki kekuatan yang sangat besar."Hal yang membuatnya sangat menantang adalah semua alat-alat ini digunakan secara bersamaan, dalam skala yang belum pernah kita lihat sebelumnya," tutur Wray.
Para pejabat menyerukan industri swasta dan akademisi untuk membantu melawan ancaman-ancaman tersebut, yang menurut mereka paling utama adalah alat kecerdasan buatan.
"Kami mengkhawatirkan AI sebagai penguat segala jenis pelanggaran," sebut Wray, seraya menuduh Tiongkok telah mencuri lebih banyak data pribadi dan perusahaan dibandingkan negara lain dalam jumlah besar.
"Jika Anda berpikir tentang apa yang dapat dilakukan AI untuk membantu memanfaatkan data tersebut untuk memanfaatkan program peretasan terbesar di dunia, dan menjadikannya jauh lebih efektif, maka itulah yang kami pikirkan dan khawatirkan," pungkas Wray.
Baca juga: India Antisipasi Agen Intelijen Tiongkok yang Menyamar sebagai Warga Nepal
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News