Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield. (Charly TRIBALLEAU / AFP)
Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield. (Charly TRIBALLEAU / AFP)

AS dan Jepang Dorong Resolusi Larangan Senjata Nuklir di Luar Angkasa

Medcom • 19 Maret 2024 13:14
New York: Amerika Serikat (AS) dan Jepang mensponsori resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan semua negara untuk tidak mengerahkan atau mengembangkan senjata nuklir di luar angkasa.
 
"Penempatan senjata nuklir ke orbit di sekitar bumi merupakan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya, berbahaya, dan tidak dapat diterima," kata Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada hari Senin, seperti dilansir dari The Irish News pada Selasa, 19 Maret 2024. 
 
Pengumuman bahwa AS dan Jepang telah mengedarkan resolusi tersebut menyusul konfirmasi Gedung Putih bulan lalu bahwa Rusia telah memperoleh kemampuan senjata anti-satelit yang "mengganggu," meski senjata tersebut belum beroperasi.

Presiden Rusia Vladimir Putin pernah menyatakan bahwa Moskow tidak berniat mengerahkan senjata nuklir di luar angkasa, seraya mengeklaim bahwa Moskow hanya mengembangkan kemampuan luar angkasa yang serupa dengan AS.
 
Baca juga:  Rusia Bantah Tuduhan AS soal Senjata Nuklir di Luar Angkasa

Senjata Pemusnah Massal

Perjanjian Luar Angkasa yang diratifikasi oleh sekitar 114 negara termasuk Amerika Serikat dan Rusia melarang penempatan senjata nuklir atau jenis senjata pemusnah massal lainnya yang dirancang untuk ditempatkan di orbit.
 
Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa, yang memimpin pertemuan dewan tersebut, mengatakan bahwa bahkan selama “lingkungan konfrontatif” Perang Dingin, kedua negara sepakat untuk memastikan bahwa ruang angkasa tetap damai.
 
Menurutnya, larangan penempatan senjata pemusnah massal ke orbit harus ditegakkan saat ini. 
 
Thomas-Greenfield mengatakan semua pihak dalam perjanjian tersebut harus berkomitmen terhadap larangan senjata nuklir dan senjata destruktif lainnya. 
 
"Dan kita harus mendesak semua negara anggota yang belum menjadi pihak dalam perjanjian tersebut untuk menyetujuinya tanpa penundaan."
 
Ia mengatakan Amerika Serikat berharap dapat terlibat dengan anggota lain dari 15 negara Dewan Keamanan untuk membentuk konsensus seputar teks ini. 
 
Dmitry Polyansky, duta besar alternatif Rusia, menyebut rancangan tersebut dipolitisasi dan mengatakan bahwa rancangan tersebut "tidak sesuai dengan kenyataan."
 
Dia mengkritik teks tersebut, dengan mengatakan bahwa kata-kata tersebut tidak disusun oleh para ahli atau dibahas di platform internasional khusus seperti Konferensi Perlucutan Senjata PBB atau Komite Luar Angkasa PBB.

Kekalahan Strategis Rusia

Di luar Dewan Keamanan, Thomas-Greenfield mengatakan AS tertarik untuk bekerja sama dengan para pihak dalam perjanjian tersebut untuk mencari cara meningkatkan kepercayaan terhadap kepatuhan larangan senjata nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya di luar angkasa.
 
"Amerika Serikat telah mulai mempertimbangkan pendekatan untuk membantu memastikan bahwa negara-negara tidak dapat menyebarkan senjata nuklir di orbit tanpa terdeteksi, dan kami bermaksud untuk terlibat dengan negara-negara pihak lainnya seiring berkembangnya ide-ide kami," ucapnya.
 
Thomas-Greenfield juga menegaskan kembali kepada dewan bahwa Amerika Serikat bersedia untuk melibatkan Rusia dan Tiongkok saat ini, tanpa prasyarat, dalam masalah pengendalian senjata bilateral.
 
Namun Polyansky menuduh Barat mencoba menimbulkan kekalahan strategis di negara Rusia. 
 
"Interaksi apa pun hanya akan mungkin terjadi jika Amerika Serikat dan NATO meninjau kembali sikap anti-Rusia mereka, dan ketika mereka menunjukkan bahwa mereka siap untuk berpartisipasi dalam dialog komprehensif, dengan mempertimbangkan semua faktor stabilitas strategis dan menghilangkan semua faktor-faktor tersebut. kekhawatiran yang kami miliki tentang keamanan kami," tuturnya. 
 
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memberi pengarahan kepada dewan tersebut. 
 
"Ketegangan geopolitik dan ketidakpercayaan telah meningkatkan risiko perang nuklir ke titik tertinggi dalam beberapa dekade,” ujarnya. (Nabila Ramadhanty Putri Darmadi)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan