Sebuah sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan bahwa AS meyakini Rusia sedang mengembangkan senjata nuklir anti-satelit berbasis luar angkasa yang ledakannya dapat mengganggu segalanya, mulai dari jaringan komunikasi militer hingga layanan perjalanan berbasis telepon.
"Posisi kami jelas dan transparan: kami selalu menentang, dan sekarang pun tetap menentang penyebaran senjata nuklir di luar angkasa," kata Putin, dilansir dari Malay Mail pada Rabu, 21 Februari 2024.
"Kami mendesak tidak hanya kepatuhan terhadap semua perjanjian yang ada di bidang ini, tetapi juga menawarkan untuk memperkuat kerja bersama ini berkali-kali," sambungnya.
Putin menambahkan, kegiatan Rusia di luar angkasa tidak berbeda dengan negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat.
Washington menuding Moskow sedang mengembangkan senjata nuklir anti-satelit berbasis luar angkasa. Disebutkan juga bahwa sistem yang sedang dikembangkan akan melanggar perjanjian luar angkasa di tahun 1967.
Perjanjian antara AS dan Rusia itu melarang penempatan "di orbit sekitar Bumi setiap benda yang membawa senjata nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya."
"Tidak ada proyek seperti itu," ucap Shoigu mengomentari tuduhan AS. "Pertama, tidak ada proyek seperti itu, senjata nuklir di luar angkasa. Kedua, Amerika Serikat tahu bahwa ini tidak ada," ucapnya kepada Putin.
Shoigu menuduh Gedung Putih hanya mencoba menakut-nakuti anggota parlemen AS untuk mengalokasikan lebih banyak dana untuk Ukraina sebagai bagian dari rencana Washington membuat Rusia mengalami kekalahan strategis.
Selain itu, Shoigu meyakini AS hanya berusaha mendorong Rusia untuk terlibat dalam dialog mengenai stabilitas strategis.
Invasi skala penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 telah menyebabkan konfrontasi paling serius antara Moskow dan Barat sejak krisis rudal Kuba 1962 dan arsitektur kontrol senjata pasca-Perang Dingin.
Baca juga: Rusia Gencar Latihan Serangan Nuklir Balasan Dalam Skala Besar
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News