Presiden Pemerintahan Pusat Tibet yang terasing, Penpa Tsering, dalam sebuah wawancara di Washington, AS, 8 Februari 2023. (Stefani REYNOLDS / AFP)
Presiden Pemerintahan Pusat Tibet yang terasing, Penpa Tsering, dalam sebuah wawancara di Washington, AS, 8 Februari 2023. (Stefani REYNOLDS / AFP)

Kunjungi AS, Pemimpin Tibet Serukan Pengakuan Negara Merdeka Secara Historis

Willy Haryono • 23 Oktober 2023 12:52
Virginia: Presiden Pemerintahan Pusat Tibet yang terasing (CTA) Penpa Tsering memberikan pidato kepada jajaran pemuda Tibet di Charlottesville dan Virginia, Amerika Serikat (AS) pada Minggu, 15 Oktober lalu. Pidato ini merupakan bagian dari kunjungan resminya ke wilayah Amerika Utara.
 
Dalam interaksinya dengan para pemuda, Sikyong -- sebutan untuk presiden Tibet -- menggarisbawahi komitmen utama Kashag atau Dewan Penasihat Tibet ke-16. Ia memberikan informasi terkini mengenai apa yang telah dicapai pemerintahannya hingga saat ini dan menguraikan berbagai program serta kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang.
 
Sikyong menegaskan kembali bahwa salah satu komitmen utamanya selama kunjungan resmi ke komunitas Tibet di seluruh dunia adalah mengadakan sesi interaktif dengan kaum muda dalam rangka menerima ide dan masukan dari mereka. Ia menjelaskan tentang perjalanan perdananya ke Amerika Latin baru-baru ini, dan pertemuan berturut-turut yang dilakukan dengan para pemimpin politik, anggota parlemen, dan mahasiswa.

Mengutip dari laman Central Tibetan Administration, Senin, 23 Oktober 2023, Sikyong menjelaskan bahwa dirinya bermaksud untuk mencoba dan menjangkau lebih banyak negara Amerika Latin selama masa jabatannya demi menciptakan kesadaran akan isu Tibet dan kewaspadaan terhadap dampak dari semakin besarnya pengaruh Tiongkok di Amerika Latin.
 
Sikyong lebih lanjut berbicara mengenai berbagai topik, yang utamanya menekankan mengenai pentingnya isu Tibet di ranah global. Ia berbicara tentang signifikansi geo-politik Tibet untuk menegaskan kembali mengapa resolusi damai konflik Tiongkok-Tibet merupakan faktor penentu dalam membangun perdamaian dan stabilitas di antara negara-negara tetangga Tiongkok. Ia menyoroti kurangnya kredibilitas klaim Tiongkok atas Tibet dan menyatakan bahwa pihak Tibet tidak mengupayakan kemerdekaan.
 
Selain itu, Sikyong juga menegaskan bahwa pendirian politik Pemerintahan Pusat Tibet yang terasing dalam menyelesaikan status quo Tibet di bawah pendudukan Tiongkok selalu merupakan Pendekatan Jalan Tengah di mana warga Tibet memiliki kebebasan untuk menentukan nasib mereka sendiri.
 
Jika dan ketika diperlukan perubahan kebijakan di masa mendatang, Sikyong mengatakan hal itu hanya dapat dilakukan melalui "proses referendum" oleh masyarakat umum. Meski pendirian politik CTA tetap tidak berubah, Sikyong menyebutkan bahwa strateginya telah direformasi menjadi strategi yang secara aktif mengupayakan pengakuan bagi Tibet sebagai negara yang secara historis merdeka demi menghentikan propaganda Tiongkok yang menyebar luas dan mempertahankan pengaruh politik Pendekatan Jalan Tengah.

Status Kemerdekaan Tibet

Untuk menjelaskan kepada generasi muda tentang status kemerdekaan Tibet, Sikyong merinci sejarah dimulainya abad ke-7 ketika kerajaan Tibet merupakan salah satu dari tiga kerajaan besar di Asia Tengah bersama Tiongkok dan Mongolia. Ia berbicara tentang invasi ibu kota Tiongkok oleh kekaisaran Tibet dan invasi lebih lanjut ke Samarkand di Uzbekistan yang merupakan wilayah kekaisaran Tibet pada suatu waktu sebelum perpecahannya pada abad ke-9 ketika bangsa Mongol menjadi kekuatan yang sedang bangkit yang dipimpin oleh Chengis Khan.
 
Untuk lebih memahami narasi sejarah, Sikyong mengimbau para pemuda untuk menguatkan bukti faktual yang dirinci para ahli Tibet seperti Michael Van Praag dan Prof. Hon-Shiang Lau dalam temuan mereka masing-masing yang membuktikan bahwa Tibet tidak pernah menjadi bagian dari kerajaan Tiongkok.
 
Selain itu, Sikyong menyoroti pentingnya budaya dan spiritual Tibet dengan menggarisbawahi nilai-nilai 'tanpa kekerasan' yang disebarkan agama Buddha Tibet yang menurutnya memiliki relevansi dan pengaruh lebih besar dalam konflik bersenjata yang sedang berlangsung saat ini. Ia juga menjelaskan pentingnya ekologi Tibet.
 
Tibet sebagai 'menara air' Asia dan 'kutub ketiga' dunia, Sikyong menjelaskan peran ekologis utama Tibet dalam menentukan tantangan perubahan iklim dan menjamin masa depan planet Bumi.
 
Dalam pidato penutupnya, Sikyong mengingatkan para pemuda akan tanggung jawab tambahan mereka dalam menjamin masa depan Tibet sebagai masa depan bangsa.
 
"Meski kami mengharapkan yang terbaik untuk segera kembali ke Tibet, namun sampai hari tersebut tiba, masyarakat Tibet harus melanjutkan perjuangan mereka," kata pemimpin Tibet yang terpilih secara demokratis itu.
 
Baca juga:  Parlemen Tibet Kecam Peta Baru Tiongkok yang Bersifat Ekspansionis
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan