Sekelompok biksu berada di luar kantor parlemen Tibet terasing di Dharamsala, India, 18 Oktober 2015. (Arun SANKAR / AFP)
Sekelompok biksu berada di luar kantor parlemen Tibet terasing di Dharamsala, India, 18 Oktober 2015. (Arun SANKAR / AFP)

Parlemen Tibet Kecam Peta Baru Tiongkok yang Bersifat Ekspansionis

Willy Haryono • 05 September 2023 07:38
Jammu: Mengecam langkah Tiongkok karena memasukkan Arunachal Pradesh dan Aksai Chin ke dalam peta barunya, anggota Parlemen Tibet yang Terasing (Tibetan Parliament-in-Exile), Dawa Tsering, berkata, "Tiongkok tidak akan pernah bisa dipercaya."
 
Pemerintah Tiongkok telah merilis "peta standar" edisi 2023 pada 28 Agustus lalu, yang menunjukkan Arunachal Pradesh dan wilayah Aksai Chin sebagai bagian dari wilayah mereka.
 
"Tiongkok selalu mengatakan bahwa mereka ingin berteman dengan Anda, namun kebencian Tiongkok tersembunyi di balik pembicaraan manisnya. Jangan pernah mempercayai Tiongkok dan para pemimpinnya, karena mereka tidak akan pernah bisa menjadi teman siapa pun," kata Tsering kepada kantor berita ANI, belum lama ini.

"(Presiden Tiongkok) Xi Jinping tidak pernah bisa dipercaya," tegasnya.
 
Tsering juga mendesak, "Semua negara di Asia Selatan untuk menentang kebijakan ekspansionis Tiongkok. Kebijakan seperti itu harus dikutuk."
 
Anggota parlemen Tibet lainnya yang hidup terasing Yeshi Dolma, menyebut tindakan Tiongkok perihal peta baru bersifat "provokatif." Dolma mengatakan bahwa Tiongkok sepertinya ingin memprovokasi India menjelang KTT G20 bulan depan.
 
"Tiongkok secara ilegal telah menginvasi Tibet di tahun 1959, dan sekarang mereka mencoba merambah perbatasan negara tetangganya, India," kata Dolma kepada ANI.

Langkah Ekspansionis

Pernyataan ini disampaikan dua anggota parlemen Tibet di pengasingan saat berinteraksi dengan ANI selama tur Jammu mereka ke berbagai negara bagian di India. Sebuah delegasi yang terdiri dari 11 anggota parlemen Tibet di pengasingan sedang melakukan tur ke India, mengunjungi para pemimpin dan intelektual dari berbagai negara bagian untuk menyadarkan mereka tentang situasi di Tibet.
 
Di Jammu, mereka juga bertemu analis strategis, Letjen Rakesh Sharma, yang juga menyatakan pendapatnya mengenai kebijakan ekspansionis Tiongkok dan menyebut 'peta standar' Tiongkok yang baru "benar-benar salah."
 
"Tiongkok adalah negara ekspansionis, dan contoh pertamanya adalah Tibet yang merupakan kerajaan merdeka dan direbut oleh Tiongkok pada tahun 1950. Setelah itu Tiongkok mulai menyebar ke mana-mana, dan mereka juga datang ke Aksai Chin. Sekarang mereka menancapkan cengkeramannya ke seluruh wilayah Taiwan," kata Letjen Sharma kepada ANI.
 
"(Peta) ini sepenuhnya salah. Semua catatan sejarah menunjukkan bahwa Aksai Chin dan Arunachal Pradesh beserta garis keturunan McMahon, telah diberikan kepada India," ujar Letjen Sharma.
 
Letjen Sharma juga mengatakan bahwa Tiongkok ingin datang dan menduduki Tibet karena Tiongkok "ingin mengikat Himalaya beserta leher kami."

Sikap India

Sementara itu, India telah mengajukan protes keras terhadap Tiongkok, sekaligus menolak klaim yang dibuat Beijing dalam apa yang disebutnya sebagai "peta standar."
 
Kementerian Luar Negeri India (MEA) mengatakan bahwa Tiongkok tidak memiliki dasar untuk mengeklaim wilayah India, seraya menambahkan bahwa langkah seperti itu hanya akan mempersulit penyelesaian masalah perbatasan.
 
"Kami telah mengajukan protes keras melalui saluran diplomatik dengan pihak Tiongkok mengenai apa yang disebut sebagai 'peta standar' Tiongkok tahun 2023 yang mengeklaim wilayah India," ucap juru bicara MEA, Arindam Bagchi.
 
"Kami menolak klaim tersebut karena tidak memiliki dasar. Langkah-langkah pihak Tiongkok seperti itu hanya akan mempersulit penyelesaian masalah perbatasan," tambahnya.
 
Peta yang dirilis pada 28 Agustus itu menunjukkan Arunachal Pradesh yang diklaim Tiongkok sebagai Tibet Selatan dan Aksai Chin yang didudukinya dalam perang tahun 1962 sebagai bagian dari wilayahnya. Peta tersebut juga menetapkan klaim atas Taiwan dan Laut China Selatan yang disengketakan.

Laut China Selatan

Peta tersebut juga memasukkan sembilan garis putus-putus (nine dash line) yang menegaskan klaim Tiongkok atas sebagian besar Laut China Selatan. Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam sama-sama mengeklaim sebagian dari wilayah Laut China Selatan.
 
Peta terbaru Tiongkok dirilis Kementerian Sumber Daya Alam Tiongkok saat perayaan Hari Publisitas Survei dan Pemetaan dan Pekan Publisitas Kesadaran Pemetaan Nasional di Kabupaten Deqing, provinsi Zhejiang, menurut surat kabar China Daily.
 
Ini bukan pertama kalinya Beijing menggunakan taktik seperti itu.
 
April tahun ini, Tiongkok juga secara sepihak telah "mengganti nama" 11 lokasi di India, yang mencakup nama puncak gunung, sungai, dan kawasan pemukiman.
 
Baca juga: Menlu AS Kecam Tiongkok Perihal 'Pemaksaan Asimilasi' Anak-Anak Tibet
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan