Hal itu pun akan diumumkan oleh para pemimpin selama pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 pada 19 hingga 21 Mei nanti. Pertemuan itu diketahui bakal dihadiri oleh sejumlah negara anggota G7 yang terdiri dari Amerika Serikat (AS), Jepang, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Inggris.
Langkah baru itu disebutkan akan menargetkan penghindaran sanksi yang melibatkan orang ketiga. Tak hanya itu, sanksi itu juga akan berupaya merusak produksi energi masa depan Rusia dan mengekang perdagangan yang mendukung militernya.
Namun, hingga saat ini penerapan sanksi tambahan tersebut masih belum disetujui sepenuhnya oleh semua negara anggota G7. Salah satu negara yang setuju dengan penyesuaian sanksi itu ialah AS.
Pemerintah AS berharap anggota G7 lainnya juga akan setuju dengan penyesuaian sanksi tersebut. Dengan begitu, semua ekspor di Rusia secara otomatis akan dilarang kecuali benda itu masuk ke dalam daftar barang yang disetujui.
Saat ini semua barang masih diizinkan dijual ke Rusia, kecuali jika termasuk ke dalam daftar hitam. Namun, bila penyesuaian sanksi itu disetujui dan diterapkan, maka Rusia dinilai akan semakin sulit untuk menemukan celah.
Tak hanya itu, sanksi baru itu juga diharapkan dapat diterapkan khususnya di area militer Rusia. Namun, terkait area mana saja yang akan diperketat sanksinya masih bakal dibahas oleh para pemimpin.
"Anda harus berharap untuk melihat (aturan baru itu), di beberapa ruang, terutama yang berkaitan dengan basis industri pertahanan Rusia, bahwa perubahan anggapan itu bisa terjadi," kata seorang pejabat AS yang menolak disebutkan namanya, dikutip dari The Straits Times, Selasa, 16 Mei 2023.
Tindakan para pemimpin G7 terhadap Rusia ini diketahui muncul setelah sekutu Barat Ukraina mencari cara baru untuk memperketat sanksi, mulai dari mengontrol ekspor hingga membatasi visa dan harga minyak. Hal ini pun dinilai berhasil menekan Presiden Rusia Vladimir Putin, tetapi tidak menghentikan perang sepenuhnya.
Namun, adapula beberapa sekutu AS yang menolak gagasan untuk melarang perdagangan Rusia secara luas. Meskipun demikian, mereka masih memberlakukan pengecualian untuk kategori barang tertentu.
Uni Eropa menjadi salah satu yang mempunyai pengecualian sendiri. Saat ini, organisasi tersebut juga tengah menegosiasikan paket sanksi ke-11 yang lebih fokus pada negara yang menghindari pembatasan perdagangan.
"Pendekatan mengenai 'kami melarang semuanya terlebih dahulu dan mengizinkan pengecualian' tidak akan berhasil dalam pandangan kami. Kami sangat ingin menghindari dampak yang tidak diinginkan," kata seorang pejabat tinggi pemerintah Jerman.
Baca juga: G7 Akan Tunjukkan Persatuan dalam Hadapi Isu Tiongkok
Ukraina bakal lancarkan serangan balik
Ukraina dikabarkan bakal meluncurkan serangan balasan besar-besaran terhadap pasukan Rusia dalam beberapa minggu mendatang. Serangan ini dirancang untuk merebut kembali wilayah Ukraina yang diduduki Rusia secara ilegal.Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga diketahui tengah melakukan tur Eropa multi-stop untuk mengumpulkan dukungan militer dan keuangan. Selama tur Eropa ini, Zelensky telah bertemu dengan pejabat Italia dan Paus Fransiskus di Roma pada Sabtu lalu. Zelensky juga menyempatkan bertemu dengan para pemimpin dari Prancis, Italia, dan Jerman.
"Dia akan berbicara dengan para pemimpin G7 itu, baik secara virtual atau secara langsung, selama pertemuan puncak mereka di Hiroshima," kata pejabat AS tersebut. (Arfinna Erliencani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News