Stoltenberg, yang tiba di Turki dalam kunjungan tiga hari sejak Kamis kemarin, memuji peran Turki dalam konflik Rusia-Ukraina yang sudah berlangsung sejak Februari lalu.
Berbicara kepada Anadolu Agency pada Sabtu, 5 November 2022, satu hari setelah bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Istanbul, Stoltenberg berkata: "Saya memuji Erdogan dan Turki atas apa yang telah mereka lakukan, baik dalam memberikan dukungan ke Ukraina, dan juga dalam memfasilitasi kesepakatan ekspor gandum dari Ukraina."
"Ini penting bagi seluruh dunia, terutama negara-negara miskin, dan juga membantu menurunkan harga pangan. Turki telah memainkan peran kunci dalam mewujudkannya," sambung Stoltenberg.
Ia menegaskan kembali bahwa konflik Ukraina adalah sebuah perang yang berkutat pada "pilihan-pilihan."
"Presiden (Rusia) Vladimir Putin telah menginvasi negara lain. Kita harus memahami bahwa Presiden Putin memulai perang ini. Ini adalah perang pilihan, dan dia sebenarnya bisa saja memilih untuk mengakhiri perang ini besok," kata Stoltenberg, dikutip dari Yeni Safak.
Menekankan "hak untuk membela diri" Ukraina dan merebut kembali wilayahnya, Stoltenberg mengatakan bahwa jika Putin dan Rusia berhenti berperang, "maka kita akan memiliki perdamaian."
"Jika Presiden (Volodymyr) Zelensky dan Ukraina berhenti berperang, maka Ukraina tidak akan lagi menjadi negara merdeka dan berdaulat," lanjut Stoltenberg.
Menurut Stoltenberg, komunitas internasional memiliki "tanggung jawab untuk mendukung Ukraina agar mereka dapat membela diri" dari agresi Rusia.
“Tentu saja, saya juga berharap perang ini dapat berakhir suatu waktu di meja perundingan. Tetapi kita juga tahu bahwa apa yang dapat dicapai Ukraina melalui perundingan sangat bergantung pada kekuatan mereka di medan perang," tambahnya.
"Jadi, jika kita ingin Ukraina menang sebagai negara merdeka dan berdaulat, maka kita perlu memberikan dukungan militer ke Ukraina untuk memperkuat tangan mereka dan memaksimalkan kemungkinan hasil dalam semua negosiasi yang dapat diterima Ukraina."
Stoltenberg juga mengkritik retorika nuklir Rusia yang "sembrono" dan "berbahaya." Ini merujuk pada pernyataan Putin terkait potensi penggunaan nuklir taktis di Ukraina.
"Rusia harus memahami bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan akan memiliki konsekuensi parah bagi Rusia," tegas Stoltenberg.
Baca: Antisipasi Perang Nuklir, AS Dikabarkan Simpan Nuklir Terbaru di Eropa
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News