Tidak hanya itu, perjalanan tersebut juga dilakukan lima bulan setelah Steinmeier telah datang ke Ukraina oleh Kyiv.
Steinmeier juga sempat harus membatalkan perjalanan ke Ukraina pada menit-menit terakhir pekan lalu karena alasan keamanan.
"Saya menantikan pertemuan saya dengan Presiden [Ukraina] Volodymyr Zelensky di Kyiv," ujar juru bicara Steinmeier mengulang ucapan presiden, seperti dikutip dari laman Al Arabiya News.
Sebelum bertemu Zelensky, Steinmeier akan mengunjungi sebuah kota di bagian utara Ukraina, tepatnya dekat perbatasan Belarusia. Steinmeier pernah berjanji akan memberikan bantuan berupa infrastruktur energi kepada wilayah di Ukraina tersebut.
"Pesan saya untuk Ukraina: Anda dapat mengandalkan Jerman," ujar Steinmeier.
Beberapa bulan setelah Rusia menginvasi Ukraina, Steinmeier yang pernah menjadi menteri luar negeri dikritik keras atas sikap pemulihan hubungannya dengan Rusia. Ia mengakui bahwa langkah tersebut merupakan sebuah kesalahan.
Tawarannya untuk mengunjungi Kyiv pada April ditolak Ukraina karena hal tersebut.
Kanselir Jerman Olaf Scholz kemudian mengatakan bahwa penolakan Kyiv untuk menerima Steinmeier adalah penghalang kunjungannya ke Ukraina. Pada akhirnya, sang kanselir baru bisa datang ke Ukraina pada Juni lalu bersama Mario Draghi dari Italia dan Emmanuel Macron dari Prancis.
Steinmeier merupakan seorang tokoh Sosial Demokrat yang menjalani tugas keduanya sebagai presiden Jerman. Dia sebelumnya adalah seorang menteri luar negeri pada dua pemerintahan mantan kanselir Angela Merkel.
Seorang advokat terkemuka, Steinmeier berpendapat bahwa membina hubungan komersial yang erat dapat membantu mendorong reformasi demokrasi.
Tidak hanya itu, Steinmeier juga terkenal sebagai sosok yang memperjuangkan jaringan pipa gas Nord Stream 2 antara Rusia dan Jerman, yang kini telah dihentikan karena agresi Moskow di Ukraina. (Gabriella Carissa Maharani Prahyta)
Baca: Jerman akan Pasok Sistem Pertahanan Udara Tercanggih ke Ukraina
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News