Dua belas orang, termasuk beberapa kartunis ternama Prancis, tewas dalam serangan di kantor Charlie Hebdo pada 7 Januari 2015. Serangan dilakukan kakak beradik Said dan Cherif Kouachi.
Dilansir dari laman France 24, Senin 14 September 2020, sejumlah pedemo di Lapangan Beyazit di Istanbul yang berada di sisi Eropa membawa spanduk kecaman terhadap Charlie Hebdo. Sebagian dari mereka juga membawa spanduk kecaman terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Macron dikecam karena menolak mengecam penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad. Macron mengaku keputusan Charlie Hebdo tersebut merupakan bagian dari kebebasan pers di Prancis.
Kementerian Luar Negeri Turki telah mengecam keputusan Charlie Hebdo, yang dianggap telah "melecehkan agama dan nabi kami."
Nureddin Sirin, pemimpin redaksi saluran televisi Kudus TV, mengecam keras sikap Macron. "Macron harus membayar harga mahal atas arogansinya di Mediterania timur dan atas penghinaan terhadap Islam dengan menggunakan kebebasan pers sebagai alasan," ucapnya.
Sirin merujuk kepada ketegangan yang terjadi antara Turki dan Paris mengenai eksplorasi gas alam Ankara di Mediterania timur.
Ketegangan terjadi antara Turki dan Yunani serta Siprus, namun Prancis turut mengecam pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan atas eksplorasi di perairan sengketa tersebut.
Prancis mendukung Yunani dalam ketegangan di Mediterania, bahkan hingga mengirim sejumlah kapal perang ke kawasan sebagai bentuk dukungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News