Para pengunjuk rasa mengecam keras hasil pemilihan umum yang dinilai sarat kecurangan. Unjuk rasa terus terjadi sejak 9 Agustus, dan biasanya melibatkan ratusan ribu orang di akhir pekan.
Dikutip dari TRT World pada Minggu, 18 Oktober 2020, rencana aksi protes terbaru di ibu kota Minsk disampaikan usai pemimpin oposisi Belarusia, Svetlana Tikhanovskaya, mengatakan bahwa Lukashenko harus mundur sebelum 25 Oktober.
Tikhanovskaya mengeluarkan ultimatum, dan jika Lukashenko mengabaikannya, maka aksi protes masif akan terjadi di Belarusia.
Ia juga mendesak agar Lukashenko segera membebaskan sejumlah tahanan politik dan berhenti menerapkan aksi represif terhadap pengunjuk rasa damai.
Baca: 'Ultimatum Rakyat' untuk Presiden Belarusia
Sejak dimulainya aksi protes dua bulan lalu, sejumlah orang tewas dalam bentrokan dan ribuan lainnya ditangkap petugas. Mereka yang ditangkap mengaku mengalami penyiksaan di penjara.
Kepolisian Belarusia mengakui telah menggunakan meriam air dan granat kejut terhadap demonstran. Jika nantinya polisi menggunakan peluru tajam, maka akan menandai eskalasi baru seputar kekacauan politik di Belarusia.
Pekan ini, jajaran kepolisian Belarusia mengklaim bahwa aksi protes sudah semakin radikal. Otoritas Belarusia mengatakan bahwa aparat penegak hukum akan menggunakan senjata mematikan "jika memang diperlukan."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News