Peringatan yang disebut Tikhanovskaya sebagai "ultimatum rakyat" ini disampaikan sejak aksi protes masif di Belarusia meletus usai berakhirnya pemilihan umum pada 9 Agustus lalu.
"Krisis politik dan kekerasan di Belarusia sudah berlangsung selama dua bulan. Cukup sudah. Kami mengumumkan Ultimatum Rakyat untuk 25 Oktober," tulis Tikhanovskaya dalam sebuah pernyataan di media sosial.
"Permintaan kami adalah Lukashenko harus mundur, kekerasan harus dihentikan, dan tahanan politik segera dibebaskan," ungkapnya, dikutip dari laman The Moscow Times pada Rabu, 14 Oktober 2020.
Berada di Lithuania, Tikhanovskaya mengancam akan menggerakkan aksi protes masif di seluruh negeri jika Lukashenko tidak mengindahkan "Ultimatum Rakyat." Ia menyebut aksi protes pada 25 Oktober nanti -- jika ultimatum diabaikan -- akan menjadi yang terbesar dalam sejarah Belarusia.
"Aksi protes berskala nasional akan dilakukan di semua perusahaan, semua jalan raya, dan penjualan di banyak toko milik negara dipastikan runtuh," tutur Tikhanovskaya.
"Anda (Lukashenko) memiliki waktu 13 hari," lanjutnya.
Tikhanovskaya menjadi penantang utama Lukashenko dalam pilpres karena suaminya, Sergei Tikhanovsky, dijebloskan ke penjara oleh petahana. Perempuan berusia 38 tahun itu kemudian mengungsi ke Lithuania usai pilpres dengan alasan untuk menjaga keselamatan anak-anaknya.
Dalam beberapa pekan terakhir, polisi antihuru-hara di Belarusia telah menangkap dan menjebloskan ratusan orang ke penjara. Kubu oposisi mengklaim, jajaran aparat keamanan di Belarusia melakukan tindakan represif, termasuk menyiksa para pengunjuk rasa. Sejumlah orang tewas dalam aksi kekerasan tersebut.
Sebelumnya, Lukashenko telah menemui beberapa tokoh oposisi di penjara. Dalam sebuah video, ia terdengar berbicara bahwa "Anda tidak bisa mengganti konstitusi (melalui unjuk rasa) di jalanan."
Baca: Polisi Belarusia Diizinkan Gunakan Senjata Mematikan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News