Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell dalam sebuah acara di Brussels, Belgia, pada 24 Maret 2021. (Olivier HOSLET / POOL / AFP)
Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell dalam sebuah acara di Brussels, Belgia, pada 24 Maret 2021. (Olivier HOSLET / POOL / AFP)

Uni Eropa Ancam Jatuhkan Lebih Banyak Sanksi ke Junta Myanmar

Willy Haryono • 29 Maret 2021 12:00
Brussels: Uni Eropa mengancam menjatuhkan lebih banyak sanksi ke junta militer Myanmar atas tewasnya lebih dari 100 demonstran anti-kudeta pada Sabtu kemarin. Rentetan kematian itu terjadi saat junta Myanmar menggelar parade militer dalam rangka memperingati Hari Pasukan Bersenjata.
 
"Saya terus mengikuti perkembangan situasi di Myanmar. Eskalasi kekerasan dengan tewasnya lebih dari 100 warga sipil di tangan militer saat 'Hari Pasukan Bersenjata' merupakan sesuatu yang tidak dapat diterima," kata kepala kebijakan luar negeri UE, Josep Borrell.
 
"Militer Myanmar telah menjadikan Sabtu kemarin sebagai hari penuh kengerian," sambungnya, dilansir dari laman Sputnik pada Senin, 29 Maret 2021.

Borrell menyerukan junta militer Myanmar untuk berhenti menggunakan aksi kekerasan terhadap pengunjuk rasa. Ia mengatakan UE saat ini sedang memulai proses politik terkait Myanmar, negara yang dikuasai militer usai terjadinya kudeta pada 1 Februari lalu.
 
"Kami akan terus menggunakan mekanisme UE, termasuk penjatuhan sanksi, untuk membidik para pelaku kekerasan dan mereka yang bertanggung jawab atas kemunduran demokrasi dan perdamaian di Myanmar," tegas Borrell.
 
Sebelumnya, menteri pertahanan dari 12 negara telah mengeluarkan pernyataan gabungan yang berisi kecaman keras terhadap junta militer Myanmar atau Tatmadaw.
 
Dua belas negara tersebut adalah Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Australia, Kanada, Jerman, Yunani, Italia, Denmark, Belanda, dan Selandia Baru.
 
Baca:  12 Menhan Kecam Aksi Kekerasan Militer Myanmar
 
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Myanmar juga telah mengecam aksi kekerasan di Myanmar, terutama yang terjadi pada Sabtu kemarin.
 
Berbicara kepada awak media di Delaware, Presiden AS Joe Biden menilai pertumpahan darah di Myanmar pada Sabtu kemarin merupakan sesuatu yang sudah "sangat keterlaluan."
 
Menurut catatan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), 12 orang tewas dalam beberapa insiden terpisah di Myanmar sepanjang hari Minggu. Tambahan data tersebut menjadikan total kematian demonstran Myanmar versi AAPP mencapai 459.
 
"Benar-benar sudah sangat keterlaluan. Berdasarkan laporan yang saya terima, begitu banyak orang yang dibunuh begitu saja," ungkap Biden.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan