Scholz mengatakan, ia lebih baik berhati-hati dibanding harus membuat keputusan terburu-buru.
Scholz berada di bawah tekanan di dalam dan luar negeri untuk memasok Ukraina dengan senjata berat seperti tank dan howitzer, serta mendukung embargo Uni Eropa pada impor energi Rusia.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Saya mengambil keputusan dengan cepat dan bersama dengan mitra kami," kata Scholz, dilansir dari Malay Mail, Minggu, 1 Mei 2022.
"Saya menemukan tindakan tergesa-gesa dan upaya Jerman yang luar biasa dipertanyakan," sambung dia.
Pada 26 April, Jerman menyetujui pengiriman anti-pesawat Gepard ke Ukraina. Ini menjadi langkah yang didukung lebih dari 55 persen orang Jerman dalam jajak pendapat.
Baca juga: Menlu Ukraina Minta Tiongkok Penuhi Janji 'Jaminan Keamanan'
Mereka mengatakan, Jerman sebagai ekonomi terbesar Eropa, harus memasok Ukraina dengan senjata semacam itu. Namun, keputusan itu tidak membantu membalikkan persepsi publik tentang Scholz yang dianggap kurang berjiwa kepemimpinan.
Khawatir Rusia dapat memperluas perang ke negara-negara selain Ukraina, beberapa mitra Jerman dalam aliansi militer NATO telah menyatakan ketidakpuasan dengan keraguan awal Scholz untuk mempersenjatai Ukraina.
Lainnya seperti Polandia tidak senang dengan penentangan Jerman terhadap embargo Uni Eropa atas impor gas Rusia.
Moskow menyebut tindakannya sebagai "operasi khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan menyingkirkan nasionalisme anti-Rusia yang dikobarkan oleh Barat. Ukraina dan Barat mengatakan Rusia melancarkan perang agresi yang tidak beralasan.