Pertemuan darurat pada pukul 17.00 waktu AS ini digelar atas permohonan resmi dari Belgia, dan juga dorongan dari Prancis serta Jerman.
Inggris juga bergabung bersama kubu Eropa dalam mendorong diadakannya pertemuan darurat. Menurut keterangan sejumlah diplomat PBB kepada kantor berita AFP, sebuah pernyataan gabungan kemungkinan akan dirilis di akhir pertemuan.
Dikutip dari ABNA, pernyataan gabungan bisa saja dirilis oleh anggota DK PBB, atau hanya oleh beberapa anggota Eropa jika konsensus penuh tidak tercapai.
Pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan berlangsung pada Minggu 27 September, di tengah rangkaian Sidang Majelis Umum ke-75 PBB. Konflik di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh ini meningkatkan kekhawatiran akan meletusnya perang berskala besar antar kedua negara.
Nagorno-Karabakh diakui komunitas internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, namun dikuasai grup etnis Armenia. Puluhan ribu orang tewas dalam konflik memperebutkan wilayah tersebut, yang sudah dimulai sejak awal 1990-an.
Sejumlah pejabat di Nagorno-Karabakh mengumumkan pada Senin kemarin bahwa 28 personel militer Armenia tewas dalam pertempuran melawan pasukan Azerbaijan. Kematian tersebut menjadikan total prajurit yang tewas mencapi 59.
Angka tersebut dikonfirmasi Kementerian Pertahanan Karabakh. Selang beberapa waktu, pihak kementerian melaporkan bahwa angka kematian bertambah menjadi 68, termasuk sembilan dari kalangan masyarakat sipil -- tujuh di Azerbaijan dan dua di Armenia.
Sementara kubu Azerbaijan sejauh ini belum merilis data apapun seputar korban tewas maupun luka.
Konflik kedua negara kembali meletus usai kegagalan negosiasi diplomatik di bawah payung Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE) Minsk Group. Grup tersebut dipimpin Prancis, Amerika Serikat, dan Rusia.
Poin penting dalam permintaan Azerbaijan adalah, Armenia harus menarik mundur pasukan militerya dari Karabakh. Selain itu, Armenia juga harus mengizinkan warga Azerbaijan kembali ke rumah mereka di Nagorno-Karabakh.
Sementara Armenia terlihat puas dengan mandeknya negosiasi, karena status quo atas Nagorno-Karabakh berlanjut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News