Sebuah bangunan di Kursk, Rusia, rusak akibat serangan Ukraina. (AFP)
Sebuah bangunan di Kursk, Rusia, rusak akibat serangan Ukraina. (AFP)

Ukraina Sebut Invasi ke Rusia demi Negosiasi yang 'Adil'

Willy Haryono • 17 Agustus 2024 08:08

Kyiv: Ukraina telah melancarkan invasi ke Rusia sejak beberapa waktu lalu, dan tujuannya adalah agar Moskow bersedia bernegosiasi dengan syarat-syarat yang "adil.”

Sekitar 2,5 tahun setelah invasi Rusia ke Ukraina, pasukan Kyiv minggu lalu melancarkan serangan balasan besar-besaran ke wilayah Kursk Rusia, yang menyebabkan lebih dari 120.000 orang mengungsi.

Ajudan Presiden Volodymyr Zelensky, Mykhailo Podolyak, mengatakan bahwa Ukraina ingin bernegosiasi "dengan syarat-syarat kami sendiri.”

"Kami sama sekali tidak punya rencana untuk mengemis: 'Silakan, duduklah untuk bernegosiasi', tulisnya di media sosial X.

"Sebaliknya, kami memiliki cara pemaksaan yang terbukti efektif. Selain cara ekonomi dan diplomatik... kami perlu memberikan kekalahan taktis yang signifikan kepada Rusia.

"Di wilayah Kursk, kami dapat melihat dengan jelas bagaimana alat militer digunakan secara objektif untuk membujuk Rusia agar memasuki proses negosiasi yang adil,” ungkap Podolyak, melansir dari AFP, Sabtu, 17 Agustus 2024.

Ukraina telah mengesampingkan pembicaraan apa pun dengan Rusia jika pasukan Rusia tidak meninggalkan wilayahnya.

Evakuasi Kursk

Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia akan mengumumkan gencatan senjata hanya jika Kyiv menarik diri dari empat wilayah yang diklaim Rusia telah dianeksasi tetapi hanya sebagian yang dikuasainya — Donetsk, Lugansk, Zaporizhzhia, dan Kherson.

Sementara itu, Ukraina mengeklaim telah merebut lebih dari 1.100 kilometer persegi wilayah Rusia, dalam serangan terbesar oleh tentara asing di tanah Rusia sejak Perang Dunia II.

"Saya sangat takut, sangat takut," Nina Golinyaeva, mantan penduduk kota perbatasan Sudzha, mengatakan kepada AFP di sebuah pusat evakuasi di kota Kursk, ibu kota daerah tersebut.

"Peluru beterbangan dari semua sisi, helikopter, pesawat, jet tempur terbang di atas rumah," katanya, menceritakan pelarian dramatis di malam hari di tengah pertempuran.

"Kami tidak tahu harus berbuat apa. Kami menangis siang dan malam, setiap hari. Kami tidak tahu apa yang akan kami lakukan,” kata Zinaida Tarasyuk, seorang pengungsi berusia 70 tahun yang sedang mengumpulkan bantuan kemanusiaan.

“Kami meninggalkan semuanya,” tambahnya.

Kyiv mengklaim telah menguasai lebih dari 80 permukiman dalam serangan kilat tersebut. Gubernur wilayah Kursk mengatakan pada hari Senin bahwa Ukraina telah merebut 28 permukiman.
 
Baca juga:  Serangan Ukraina Makin Gencar, Rusia Evakuasi Warga dari Kursk


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan